Miris, Gas Melon Dipakai 57% Orang Kaya, 23% Dipakai Orang Miskin

Jakarta, law-justice.co - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengungkapkan 80% liquid petroleum gas (LPG) yang beredar di masyarakat saat ini merupakan barang bersubsidi.

Artinya saat ini hampir 80% tabung LPG 3 kilogram alias `gas melon` yang merupakan subsidi pemerintah, digunakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, baik yang kaya dan miskin.

Baca juga : Hingga Maret 2024, Kemenkeu Salurkan Anggaran untuk Pemilu Rp 26 T

"Sebanyak 80% lebih LPG yang beredar adalah yang mendapatkan subsidi. Jadi tidak lagi hanya dinikmati masyarakat miskin dan rentan tapi ini (dinikmati) hampir seluruh masyarakat," jelas Febrio dalam Taklimat Media, Senin (8/8/2022).

Seperti diketahui, saat ini pemerintah telah menggelontorkan Rp 502,4 triliun dalam upaya menahan gejolak harga, untuk bisa mempertahankan daya beli masyarakat dan menjaga tekanan inflasi agar tidak ikut terkerek.

Baca juga : Proyek Tol Gilimanuk-Mengwi di Bali Mendesak untuk Dilaksanakan

Sehingga harga BBM Pertalite tetap dipatok sebesar Rp 7.650 per liter, meskipun gejolak harga minyak mentah sudah melambung. Begitu juga dengan harga LPG 3 kg alias gas melon yang so diubah.

"Hampir seluruh masyarakat yang mengkonsumsi LPG itu hampir semuanya sudah disubsidi sekarang," jelas Febrio lagi.

Baca juga : Ini Respons Sri Mulyani soal Asing Kabur Rp29,7 T Tinggalkan RI

Pemerintah pun mengklaim akan terus memperbaiki dan mempertajam kebijakan subsidi agar lebih tepat sasaran, dengan pelaksanaan subsidi dari terbuka menjadi berbasis orang atau tertutup.

Sebagaimana diketahui empat desil termiskin ternyata hanya menikmati 23,3% dari total subsidi. Sementara empat desil terkaya justru menikmati 57,9% dari total subsidi.

"Ini harus kita perbaiki begitu kita melihat ekonomi membaik dan daya beli pulih, kita akan mendorong subsidi makin tepat sasaran," jelas Febrio


Adapun rincian subsidi dan kompensasi energi pemerintah yang sudah mencapai Rp 502,4 triliun tersebut, awalnya hanya dialokasikan sebesar Rp 152 triliun.

Kemudian, ada tambahan sekitar Rp 74,9 triliun yang dibagi pada subsidi BBM Rp 71,8 triliun dan subsidi listrik Rp 3,1 triliun. Kemudian tambahan kompensasi BBM pada 2022 sebesar Rp 216,1 triliun. Ini dibagi kepada BBM sebesar Rp 194,7 triliun dan kompensasi listrik Rp 21,4 triliun.

"Untuk realisasi subsidi hingga Juli realisasinya Rp 116,2 triliun atau tumbuh 17,5% (yoy)sedangkan kompensasi BBM listrik dan tercatat Rp104,8 triliun atau tumbuh signifikan hingga 512,7% (yoy) dan pembayaran subsidi dan kompensasi masih akan terus berjalan hingga akhir tahun," jelas Febrio.