Jokowi Sampai Indonesia, Perang Rusia-Ukraina Makin Sengit di Donbas

Jakarta, law-justice.co - Pertempuran Rusia dengan Ukraina di wilayah timur terus memanas terlepas dari lawatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Kyiv dan Moskow demi mendorong dialog damai.

Rusia mengklaim berhasil mengepung Kota Lysynchansk, kota terakhir di Luhansk Donbas yang masih berada dalam kuasa Ukraina.

Namun, Ukraina membantah klaim Moskow dan kelompok separatis pro-Rusia tersebut.

Lysynchank berlokasi di sebrang danau yang memisahkan Severodonetsk, wilayah di Luhansk Donvas yang Rusia rebut dari Ukraina pekan lalu.

"Pertempuran berkecamuk di sekitar Lysychansk.. Kota itu belum dikepung dan berada di bawah kendali tentara Ukraina," ujar Ruslan Muzytchuk, jubir Garda Nasional Ukraina, seperti melansir cnnindonesia.com, Minggu (3/7).

Sebelumnya pasukan separatis mengatakan Ukraina telah mengepung Lysychansk.

"Lysychansk benar-benar dikepung," ujar Andrei Marochko, jubir pasukan separatis Ukraina pro-Rusia kepada kantor berita Moskow, TASS.

Sementara itu, rudal terus menghujani Ukraina dan menewaskan puluhan orang. Pada Sabtu (2/7) malam, Presiden Volodymyr Zelensky mengungkapkan terdapat enam serangan Rusia terhadap wilayahnya.

"Pertempuran sengit berlanjut di seluruh garis depan, di Donbas," kata Zelensky lalu menambahkan bahwa "aktivitas musuh di wilayah Kharkiv semakin intensif."

Seorang penduduk mengatakan "pengeboman berlangsung siang dan malam" di kota kecil Donetsk, Siversk. Selain itu, ada hantaman roket ke perumahan di Sloviansk, jantung kota Donbas.

"Perang belum berakhir. Sayangnya, kekejaman hanya meningkat di beberapa tempat, dan itu tidak bisa dilupakan," katanya.

Di sisi lain, jubir kementerian pertahanan Rusia Igor Konashenkov berkata Ukraina "menderita kerugian besar di semua lini."

Akan tetapi, Zelensky masih menaruh harapan terhadap konferensi tentang rekonstruksi Ukraina yang akan dimulai pada Senin besok di Swiss.

Para pemimpin puluhan negara dan organisasi internasional akan berkumpul di kota Lugano. Konferensi bertujuan memberikan peta jalan bagi pemulihan negara tersebut.

"[Membangun kembali Ukraina "membutuhkan investasi besar, miliaran, teknologi baru, praktik terbaik, institusi baru, dan tentu saja reformasi," ujar Zelensky.

Kemudian, Ukraina juga akan menghadapi tuntutan reformasi luas terutama dalam pemberantasan korupsi.