Biden Tak Mampir ke Ukraina saat Keliling Benua Eropa, Ada Apa?

Jakarta, law-justice.co - Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu negara yang mendukung Ukraina saat Rusia melakukan invasi. Namun, Presiden Joe Biden tidak mengagendakan kunjungan ke Ukraina saat lawatan ke Eropa.


Dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (21/6/202), Biden akan melakukan lawatan ke Eropa mulai pekan ini. Namun, dari negara-negara yang akan dikunjungi, Ukraina tidak termasuk.

Awalnya, Biden awalnya menyebut kunjungan Ukraina itu tergantung. Ketika itu, wartawan bertanya apakah dia berencana mengunjungi Ukraina atau tidak.


Tapi kemudian Biden berkata "dalam perjalanan ini, tidak mungkin," saat dia berbicara kepada wartawan yang mendesaknya tentang kemungkinan lawatan ke Ukraina dalam tur Eropa-nya.


Biden termasuk di antara sejumlah pemimpin Barat yang belum mengunjungi Ukraina sejak invasi Rusia 24 Februari lalu. Kunjungan itu bisa menunjukkan dukungan bagi negara tersebut.

Pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama-sama dengan pemimpin Jerman dan Italia mengunjungi Ukraina. Bahkan Perdana Inggris Menteri Boris Johnson telah berkunjung ke sana dua kali. Biden, hanya pernah berkunjung ke Polandia pada akhir Maret lalu. Diketahui, Polandia berbatasan dengan Ukraina di barat.


Alasan Biden Tak Kunjungi Ukraina


Biden akan menuju ke Jerman pada hari Sabtu mendatang untuk menghadiri KTT G7, kemudian ke Madrid, Spanyol untuk pertemuan para pemimpin NATO.

Biden mengatakan kepada wartawan bahwa kunjungan ke Ukraina akan bergantung pada "banyak hal, apakah itu menyebabkan lebih banyak kesulitan bagi Ukraina atau tidak, apakah itu mengalihkan perhatian dari apa yang sedang terjadi."

Kemudian dia mengatakan perjalanan seperti itu tidak mungkin selama tur Eropa ini.

Meski begitu Biden mengatakan dia berkomunikasi erat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, berbicara dengannya via telepon "hampir empat kali seminggu."


Kunjungan Marcon cs Ke Ukraina

Presiden Prancis Emmauel marcon berkunjung ke Ibu Kota Ukraine Kiev pada Kamis (16/6). Tak sendiri, dia bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri (PM) Italia Mario Draghi. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama mereka ke Ukraina sejak invasi Rusia.

Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (16/6), para pemimpin Eropa tersebut tiba dengan kereta api khusus dari Polandia. Ini adalah perjalanan pertama mereka ke Ukraina sejak invasi Rusia ke negara itu diluncurkan pada 24 Februari lalu. Mereka bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Pemimpin Rumania, Klaus Iohannis bergabung dengan rekan-rekannya dari Prancis, Jerman dan Italia tersebut di Kiev pada Kamis malam waktu setempat.

Marcon pernah menyebut dugaan kekejaman Rusia di Kota-kota dekat Kiev sebagai "kejahatan peran."

"Ini adalah pesan persatuan Eropa yang ditujukan kepada pria dan wanita Ukraina, dukungan," kata Macron saat turun dari kereta.

Kunjungan itu dilakukan saat pemerintah Ukraina mendorong untuk diberikan status kandidat resmi untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Sementara itu, dilansir Deutsche Welle, Kanselir Jerman mengatakan pemerintah di Berlin memberikan dukungan untuk status kandidat anggota Uni Eropa atas Kyiv. Sementara Presiden Prancis Macron mengatakan "kami berempat mendukung status kandidat UE langsung."

Status kandidat tidak sama dengan keanggotaan UE, ini menunjukkan awal dari proses panjang untuk bergabung dengan Uni Eropa.

"Kami berada pada titik balik dalam sejarah kami. Rakyat Ukraina setiap hari membela nilai-nilai demokrasi dan kebebasan yang mendukung proyek Eropa, proyek kami. Kami tidak bisa menunggu. Kami tidak bisa menunda proses ini," kata Draghi untuk mendukung status kandidat Ukraina.

"Kami siap bekerja untuk negara kami menjadi anggota penuh UE," kata Zelenskyy. "Ukraina telah mendapatkan hak untuk menempuh jalan ini dan mendapatkan status kandidat ini."

Selama konferensi pers, Macron mengumumkan bahwa Paris akan mengirimkan "enam tambahan Caesar" howitzer seluler ke Ukraina. Scholz juga berjanji untuk memberikan dukungan militer bagi Ukraina "selama dibutuhkan."