Pandemi Covid-19

Ngerinya NeoCov di China, Lebih Mematikan dari Delta dan Omicron

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - NeoCov disebut-sebut sebagai varian baru dari Covid-19 usai era Omicron. Varian ini dilaporkan berasal dari China.

Meski pamornya tidak sekuat Delta yang mematikan atau Omicron yang menyebar cepat, bukan berarti varian ini bisa disepelekan.

Baca juga : Respons DPR RI soal Heboh Warung Madura Dilarang Buka 24 Jam

Dalam sebuah laporan, disebutkan bahwa NeoCoV sebenarnya bukan varian baru dari virus corona yang telah menyebabkan pandemi global. Sebaliknya, virus tersebut berasal dari jenis virus corona yang berbeda, yang terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah (Mers-CoV). Mers-CoV adalah virus yang ditularkan ke manusia dari unta dromedari (Arab) yang terinfeksi.

Virus ini bersifat zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia dan dapat ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan.

Baca juga : Ada Penumpang Turun, Ini 13 Momen Penting CCTV Kematian Brigadir RA

"Mers-CoV telah diidentifikasi pada dromedari di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan," kata Organisasi Kesehatan Dunia, dikutip dari Media Internasional berbasis di Inggris, Independent, dikutip Jumat (29/4/2022).

"Secara total, 27 negara telah melaporkan kasus sejak 2012, menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait."

Baca juga : MK: PDIP Tak Cukup Bukti Jika Minta Suara PSI jadi Nol di Papua Tengah

WHO mengatakan 35% pasien yang terinfeksi Mers-Covid telah meninggal, meskipun kemungkinan juga karena kasus-kasus bawaan yang mungkin terlewatkan oleh sistem pengawasan yang ada.

Nah, NeoCoV adalah kerabat Mers-CoV dan beredar di kelelawar. Dalam penelitian yang diterbitkan minggu ini, para ilmuwan yang berbasis di Wuhan memperingatkan bahwa NeoCoV dapat menyebabkan masalah jika ditransfer dari kelelawar ke manusia.

Virus corona khusus ini tampaknya tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang dilatih untuk menargetkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, atau Mers-Cov. Meski virus ini menunjukkan ada potensi ancaman NeoCoV menginfeksi manusia, tetapi tidak ada bukti sejauh ini atau tidak ada indikasi seberapa menular atau fatalnya.

"Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengkonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas," Profesor Lawrence Young, seorang ahli virus di Universitas Warwick, mengatakan kepada The Independent.

"[Studi] pra-cetak menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan NeoCoV sangat tidak efisien.

"Apa yang disoroti ini, bagaimanapun, adalah perlunya waspada tentang penyebaran infeksi virus corona dari hewan (terutama kelelawar) ke manusia.

"Ini adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan."