Biang Kerok Harga Melambung, Mentan: Pangan Global Tak Baik-baik Saja!

Jakarta, law-justice.co - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kondisi ketidakpastian dan tekanan inflasi global juga berdampak ke sektor pangan nasional. Dia mencontohkan, harga fosfat yang saat ini melonjak 3 kali lipat dan jadi tantangan dalam menetapkan alokasi pupuk subsidi.


"Situasi pangan tidak lagi baik-baik saja. Karena secara global ini terjadi laur biasa. Dan pemicu inflasi negara itu sebenarnya di pangan lebih khusus. Saat ini AS sudah 7,2, Uni Eropa 6,8%, Turki sudah 61%, Indonesia 2,3%. Harga-harga naik karena pemicunya BBM dan solar, global, dan tentu dalam negeri terkontraksi," kata Syahrul saat Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, Senin (11/4/2022).

Baca juga : Konflik Iran-Israel Dapat Buat Inflasi Indonesia Naik Tajam, Waspada!

Kementerian Pertanian (Kementan), lanjut dia, berusaha menjamin ketersediaan meski tidak mudah. Dan, lanjut dia, pergerakan harga juga dipengaruhi tata kelola yang tidak hanya tanggung jawab Kementan, tapi juga kementerian lain.


"Belajar dari minyak goreng, walaupun tersedia banyak karena tidak dikawal akhirnya jadi seperti itu," kata Syahrul.

Baca juga : ADB Prediksi Inflasi Indonesia Capai 2,8% pada 2024-2025

Kementan, imbuh dia, tidak mampu bekerja sendiri yang memiliki wewenang terbatas di produksi dan ketersediaan.

"Kalau kondisi harga naik, kami panen raya, lalu harga turun, ini jadi dinamika tersendiri lagi bagi kami," ujarnya.

Baca juga : Inflasi Indonesia Tembus 3,05 Persen, Ini Sebabnya

Sebelumnya, FAO merilis, indeks harga pangan nasional kembali cetak rekor di Maret 2022. Dipicu lonjakan harga minyak nabati dan serealia, sebagai efek domino perang Ukraina-Rusia. Harga pangan terdongkrak hampir 13% dengan indeks naik ke 159,3 dari Februari yang 141,4.

Salah satu kesimpulan yang diputuskan dalam rapat kerja tersebut adalah Komisi IV DPR meminta rencana kerja Kementan tahun 2023 fokus pada peningkatan produksi, nilai tambah, dan daya saing produk pertanian. Dengan memperhatikan komoditas andalan, karakteristik, dan kebutuhan daerah masing-masing.

Target produksi komoditas utama tahun 2023 oleh Kementan adalah 56,08 juta ton padi, bawang merah 1,71 juta ton, tebu 37,15 juta ton, daging sapi/ kerbau 465,15 ribu ton, jagung 23,21 juta ton, cabai 2,93 juta ton, kopi 810,95 ribu ton, kedelai 550 ribu ton, bawang putih 45.45 ribu ton, kakao 782,01 ribu ton, dan kelapa 2,99 juta ton.