Disayangkan Hanya 1% Dipakai Dari Potensi Energi Surya Indonesia

Potensi Energi Surya Indonesia 207 Gigawatt, Jumla, law-justice.co -  

Keseriusan pemerintah untuk mendorong pengembangan energi baru terbarukan atau EBT mulai gencar diimplementasikan dengan membuat peta jalan transisi dari bahan bakar fosil ke energi hijau. Indonesia sudah menetapkan peta jalan itu dengan target bauran energi 23 persen pada 2025.

Baca juga : Surya Paloh Sebut NasDem Dukung Penuh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang berlimpah. Mulai dari tenaga surya, hidro, angin, biomassa, panas bumi, dan lainnya.


Hal tersebut lantaran Indonesia memiliki bonus kondisi geografis yang sangat menguntungkan. Mulai dari wilayahnya yang cukup luas, hingga posisinya tepat berada di garis khatulitiwa.

Baca juga : Prabowo : Kami Sepakat Kerja Sama dengan Nasdem untuk Rakyat

Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Ketenagalistrikan, Sripeni Inten Cahyani, mendorong masyarakat khususnya generasi muda untuk berpartisipasi dalam pengembangan dan menyuarakan EBT di Tanah Air.

Berdasarkan perhitungannya, energi surya (Solar energy) di Indonesia memiliki potensi 207,8 giggawatt (GW).

Baca juga : Prabowo Bertemu Surya Paloh: Kami Sepakat Kerja Sama untuk Rakyat

Namun, yang baru dimanfaatkan baru 0,03 persen.

"Yang kita harapkan adalah kita mampu mengembangkan EBT, terutama energi solar dengan potensi sebesar 207,8 GW. Namun, yang dimanfaatkan baru sekitar 0,03,” ucap Sripeni, dikutip Sabtu (26/2/2022).

“Sangat disayangkan jika Indonesia dengan letak geografis yang disinari matahari setiap tahunnya tidak bisa menikmati energi gratis dengan potensi yang besar ini," sambungnya.


Melihat potensi besar Indonesia, program transisi energi menjadi sasaran utama sektor ketenagalistrikan di Indonesia ke depan.


Sehingga mahasiswa juga diharapkan turut menyuarakan tren energi bersih dan mendorong Green Industry di Indonesia.

Sripeni juga memaparkan, bahwa kondisi industri ketenagalistrikan nasional saat ini setidaknya terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan agar mencapai sasaran industri yang optimal.

Kelima hal yang sangat berpengaruh dan saling berkaitan satu sama lain yaitu Keberlanjutan, Keterjangkauan, Keadilan, Ketersediaan, dan Keandalan.

"Sasaran dari rencana ini adalah kesehatan dan dan bisnis kelistrikan bertumpu pada energi bersih, tarif listrik yang terjangkau, mencapai 100 persen rasio elektrifikasi, kecukupan pasokan listrik memenuhi konsumsi nasional, dan keterjaminan kualitas pasokan listrik yang andal," pungkas Sripeni.

 Pemerintah menargetkan pemenuhan bauran energi baru terbarukan (EBT) pada bauran energi nasional sebesar 23% di 2025 mendatang. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemanfaatan smart grid atau jaringan listrik pintar dinilai sebagai salah satu solusi yang bisa diterapkan.

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero, misalnya, dalam rangka menyambut tahun depan, sudah merencanakan menawarkan 21 proyek EBT. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, penawaran proyek EBT itu merupakan implementasi Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang telah diterbitkan sebelumnya