Kabar Buruk Buat Penerima Vaksin Sinovac, Angka Kematian Tinggi

Jakarta, law-justice.co - Penggunaan vaksin Sinovac untuk mencegah serangan virus Corona sempat diperdebatkan awal-awal. Pasalnya, selain karena buatan China, vaksin ini juga dinilai tidak halal. Ternyata, meski bukan dua masalah itu lagi, kini muncul kekhawatiran lain soal vaksin ini. Karena dari semua jenis vaksin, pengguna vaksin Sinovac lebih banyak meninggal dari vaksin lainnya.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh otoritas kesehatan Singapura menunjukkan, penerima vaksin Sinovac memiliki angka kematian akibat Covid-19 tertinggi di antara mereka yang mendapatkan vaksinasi Sinopharm, Pfizer-BioNTech, maupun Moderna.

Baca juga : Perhatian, Mulai Hari Ini Vaksin Covid Tidak Lagi Gratis

Data menunjukkan, 11 dari setiap 100.000 orang yang menerima suntikan Sinovac meninggal karena Covid-19. Sementara angka kematian turun menjadi 7,8 di antara penerima Sinopharm, 6,2 untuk mereka yang menerima Pfizer, dan 1 untuk mereka yang divaksinasi dengan Moderna.

Sebuah penelitian lainnya di Singapura yang terbit pada Desember menemukan bahwa vaksin Sinovac, CoronaVac, hanya efektif 60 persen mencegah Covid-19 parah.

Baca juga : Menko PMK Buka Peluang Biaya Perawatan Covid-19 Gunakan BPJS

Jika dibandingkan, Pfizer-BioNTech dan Moderna memiliki efektivitas masing-masing 90 persen dan 97 persen melawan Covid-19 yang parah, seperti dimuat IB Times.

"Hasil ini mendukung perlunya tiga dosis vaksin Sinovac-CoronaVac sebagai seri utama untuk mendapatkan perlindungan yang lebih baik terhadap penyakit parah," tulis Pusat Nasional Singapura untuk Penyakit Menular dan Kementerian Kesehatan yang melakukan penelitian.

Baca juga : Sekitar 13 Ribu Kematian Covid Terjadi di China dalam Sepekan

Penelitian dilakukan antara 1 Oktober hingga 21 November, mencakup data dari 1,25 juta orang berusia 40 tahun ke atas yang menerima dua dosis vaksin Covid-19.

Data ini diperkirakan akan memicu lebih banyak kekhawatiran mengenai efektivitas vaksin buatan China.

Namun Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung memperingatkan, penelitian tersebut memiliki ukuran sampel yang kecil dan tidak memperhitungkan faktor kematian lainnya seperti usia penerima dan waktu pemberian dosis.