Israel Ditanya Pilih AS atau China, Pecah Kongsi?

Jakarta, law-justice.co - Hubungan antara Israel dengan Amerika Serikat (AS) kini patut dipertanyakan. Hal itu terjadi karena investasi China di Israel telah menyita perhatian AS. Presiden AS Joe Biden dikabarkan meminta pemerintah Israel untuk mengevaluasi kembali kebijakan untuk menerima investasi Beijing.

Laporan dari Axios pada Rabu (5/1) menyebut pemerintahan Biden melakukan "diplomasi di belakang pintu" dengan pemerintah Israel.

Baca juga : Gatot Nurmantyo Ingatkan Bahaya Investasi China Bisa Ancam NKRI

Pada 14 Desember, sejumlah perwakilan dari berbagai instansi pemerintahan yang menangani bidang ekonomi, luar negeri, dan keamanan nasional dari kedua negara bertemu.

Kedua belah pihak memberikan garis kebijakan dan bertukar pendapat terkait investasi China di Israel.

Baca juga : Sindir Investasi China, Gatot Bahas Ancaman Geopolitik-Negara Dikuasai

Selain itu, saat mengunjungi Israel, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengemukakan beberapa masalah kepada Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dan Menteri Luar Negeri Yair Lapid.

Axios melaporkan, Sullivan menyoroti keterlibatan China dalam proyek infrastruktur Israel, serta upaya Beijing dalam serangan siber. Untuk itu, ia mendorong dibentuknya front persatuan melawan China.

Baca juga : Soal Desakan Cabut PSN Rempang, Menko Luhut: Jangan Bakar Lumbung Padi

Mengutip seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Israel, pemerintahan Biden memberikan tekanan kepada Israel untuk memilih pihak antara AS dan China.

"Kami tidak memiliki dilema tentang siapa sekutu terpenting kami dan kami lebih memperhatikan kekhawatiran AS dan lebih transparan daripada sebelumnya. Tetapi kami tidak akan menghindari melakukan bisnis dengan China," ujar pejabat tersebut.