Simak, Ini `Harta Karun` Indonesia yang Kini Jadi Rebutan Dunia

Jakarta, law-justice.co - Semua pasti tahu kalau kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Berbagai potensi SDA tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Indonesia juga memiliki sumber timah yang tersebar di beberapa wilayah. Di dalam timah juga terdapat mineral ikutan yang dikenal sebagai logam tanah jarang (rare earth).

Baca juga : Reuni UII, Ketua MA Baca Puisi

Logam tanah jarang disebut sebagai harta karun karena memiliki nilai yang besar dan banyak diincar negara lain di dunia.

Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk, Agung Pratama menyampaikan logam tanah jarang terdapat dalam timah, namun harus melalui proses yang panjang dan teknologi yang mumpuni untuk menghasilkan logam tanah jarang.

Baca juga : Permainan Mengagumkan, Timnas Indonesia U-23 Dapat Bonus Rp23 Miliar

Saat ini, PT Timah Tbk terus mengembangkan berbagai kajian terkait logam tanah jarang, anggota BUMN Holding Industri Pertambangan MIND tetap fokus melakukan eksplorasi untuk meningkatkan cadangan timah yang akan menjadi bahan baku logam tanah jarang.

"Logam tanah jarang yang kita bicarakan saat ini didapatkan dari sisa hasil penambangan timah dimana terdapat mineral ikutan disitu, nah untuk itu keberadaan pastinya yang harus kita pastikan dengan melakukan eksplorasi," kata Agung seperti melansir detikcom.

Baca juga : Bobby Nasution Resmi Tunjuk Pamannya Jadi Plh Sekda Medan

Manfaat Logam Tanah Jarang

Manfaat harta karun yang dicari banyak orang ini sangat banyak, seperti untuk industri baterai, nuklir, dari induknya yaitu monazite lalu beberapa unsur atau produk turunannya bisa digunakan untuk berbagai keperluan.

"Disebut harta karun ya bisa dibilang begitu, karena memang potensi harganya luar biasa dan langka. Makanya mineral ini dapat dihargai sangat tinggi. Saat ini kita masih lakukan feasibility study, untuk pilot project sudah dilakukan dalam skala kecil, kita juga mengamankan sisa hasil penambangan kita," imbuh Agung.

Potensi Harta Karun RI

Agung memaparkan, hingga saat ini belum ada data pasti terkait potensi sumber daya mineral ikutan, pasalnya ini merupakan mineral ikutan dari tambang timah.

"Kalau teknologi bisa dilakukan kerjasama, tapi yang terpenting adalah sumber daya yang harus kita pastikan secara pasti datanya. Dari PT TIMAH sudah memulai hal ini dari medio 2020. Dalam eksplorasi juga kita harus sangat hati-hati karena ini mineral radioaktif," tutur Agung.