Cancel Culture, Standar Hukuman Sosial Baru di Dunia Maya

Jakarta, law-justice.co - Cancel culture dalam industri hiburan Korea Selatan bukan hal yang asing. Ketika pesohor tersandung skandal atau perbuatan yang dianggap bertentangan dengan moral di sana, selalu ada netizen Korea alias K-netz yang menghujani dengan boikot dan cercaan.


Contoh paling anyar adalah yang terjadi dengan aktor Kim Seon-ho baru-baru ini. Usai skandal pemaksaan aborsi terhadap mantan kekasih terungkap, Kim Seon-ho pun kena sasaran budaya pengenyahan ini, dikutip dari CNNIndonesia, Sabtu (23/10/2021)

Baca juga : Hajar Rival Sekota, Arsenal Kian Kokoh Di Puncak Klasemen Liga Inggris

Netizen Korea yang semula memuja dan memuji aktor Hometown ChaChaCha tersebut berbalik menghujat dan mencaci Kim Seon-ho di media sosial. Itu belum termasuk tuntutan ia mundur dari berbagai proyek baik di televisi maupun film.

Seringkali, cercaan yang datang dari netizen dalam cancel culture seolah membuat selebritas yang tersandung skandal tak diberi kesempatan untuk hidup tenang akibat perbuatannya yang dipandang amoral tersebut.

Baca juga : Bulan Depan, Erick Thohir Bakal Rombak Direksi-Komisaris 12 BUMN

Intinya, netizen bak hakim yang menilai dan menghakimi para pelaku skandal dengan hukuman sosial di dunia maya.

Hal ini jelas membuat citra seleb yang diserang semakin memburuk dan berdampak pada semua pihak yang bekerja sama dengan aktor tersebut.

Baca juga : Nasib Tragis BUMN Farmasi Indofarma

Pemboikotan membuat pihak yang menjalin kerja sama dengan pesohor itu tidak memiliki pilihan lain selain memutus kerja sama. Bila tidak, pihak tersebut bisa menjadi sasaran boikot selanjutnya oleh netizen.

Pemutusan kerja sama juga dialami langsung oleh Seon-ho. Kalaupun tidak, setidaknya menunjukkan mereka tidak terlibat atau `kenal` dengan Kim Seon-ho. Hal itu terlihat dari sejumlah merek yang menjalin kerja sama dengannya menghapus foto iklan yang memuat dirinya.

Belum berhenti sampai di sana, Seon-ho resmi keluar dari variety show 2D1N yang turut membesarkan namanya. Ia juga didepak dari sejumlah proyek film yang seharusnya menjadi debut di layar lebar dalam waktu dekat.

Kritikus budaya Ha Jae-geun menilai desakan netizen Korea kepada perusahaan untuk memutus hubungan dengan artis `bermasalah` menjadi bentuk pembenaran dan memberikan kepuasan bagi publik.

"Ketika netizen menyuarakan pendapat mereka dan memaksa acara TV membatalkan acara atau bintang itu mundur, itu dengan sendirinya memberikan rasa kepuasan," kata Jae-geun, dikutip dari Korea Times.

Penjelasan di atas menunjukkan betapa besar pengaruh K-netz dalam industri hiburan Korea. Bagaimana pun bentuknya, cancel culture yang dilakukan K-netz akan sangat berdampak bagi pesohor.

Apalagi K-netz merupakan salah satu pasar utama industri hiburan Korea. Tentu stakeholder industri hiburan Korea tak ingin produk mereka diboikot pada kemudian hari hanya gara-gara berkaitan dengan sosok seleb yang bercitra buruk.

Seon-ho hanya satu dari sekian banyak pesohor Korea Selatan yang mengalami cancel culture hingga berdampak ke pekerjaan. Pesohor lainnya adalah Jo Byeong-gyu, Park Hye-soo, Ji-soo, dan Seo Yea-ji.

Dampak cancel culture yang dialami Hye-soo akibat tuduhan perundungan terbilang menarik. Penayangan Drama Dear.M yang ia bintangi belum dirilis sampai sekarang gara-gara budaya pengenyahan ini.

Padahal, Dear.M dijadwalkan rilis pada 26 Februari 2021 lalu. Tepat satu hari sebelum perilisan, KBS 2TV mengumumkan bahwa penayangan ditunda dengan alasan penyelidikan dugaan perundungan yang Hye-soo lakukan.

Sampai sekarang, belum ada kabar Hye-soo menerima proyek drama atau serial lain setelah mengalami cancel culture.

Hal itu menjadi bukti bahwa budaya pengabaian dari netizen ini memang bertujuan menghilangkan pengaruh seseorang dan `mematikan rezeki` sebagai hukuman.

Hal serupa dialami Yea-ji yang kala itu berada di puncak ketenaran membintangi It`s Okay To Not Be Okay. Ia terjerembab atas masalah hubungan pribadinya dengan mantan kekasih, Kim Jung-hyun.

Ia disebut menjadi alasan di balik sikap dingin Jung-hyun saat membintangi drama Time beberapa tahun lalu. Berawal dari hal itu, K-netz juga mulai menuding Seo Yea-ji tak sopan kepada staf.

Namun, beberapa staf maju dan membela Seo Yea-ji dengan menyatakan sang aktris ramah dan sopan kepada tim di lokasi syuting.

Cancel culture atau budaya pengenyahan yang Yea-ji alami membuatnya kehilangan sejumlah kesepakatan iklan yang menguntungkan dan batal membintangi drama terbaru. Rezekinya mati setelah cancel culture, atau setidaknya mati suri.

Hingga pada September 2021, Seo Yea-ji mulai kembali mendapat tawaran bermain drama. Ia diincar untuk menjadi bintang utama drama bertajuk Eve`s Scandal.

Profesor sosiologi di Universitas Kyung-hee, Song Jae-ryong, menilai cancel culture disebabkan masyarakat Korea yang sangat menghormati dan menghargai kepatuhan serta kesesuaian mayoritas. Barang siapa yang tidak sesuai, akan dihajar.

"Karena selebritas menonjol dan menarik perhatian publik, orang-orang memiliki perasaan buruk jika kehidupan mereka berbeda, dan cenderung kurang toleran terhadap kesalahan moral atau etika yang dirasakan," kata Song Jae-ryong, dikutip dari SCMP.

Song Jae-ryong mengatakan situasi tersebut diperparah dengan perkembangan dan peningkatan penggunaan media sosial belakangan ini yang menyebabkan rumor menyebar lebih cepat.