Airlangga Sebut RI Bisa Dapat `Cuan` Smelter Baru Freeport Rp 76,7 T

Jakarta, law-justice.co - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan PT Freeport Indonesia (PTFI) akan mengantongi pendapatan mencapai US$5,4 miliar atau setara Rp76,77 triliun (kurs Rp14.217 per dolar AS) dari aktivitas produksi di fasilitas pemurnian alias smelter barunya. Smelter itu ada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik di Jawa Timur.


Airlangga menjelaskan proyeksi ini berasal dari estimasi kapasitas pengolahan smelter yang mencapai 1,7 juta ton konsentrat. Ia mengklaim kapasitas ini merupakan yang terbesar di dunia.

Baca juga : Bagi-bagi Bansos saat Kampanye, MK: Airlangga Tak Langgar UU Pemilu

Lebih lanjut, aktivitas di smelter baru Freeport bisa menghasilkan sekitar 600 ribu ton katoda tembaga. Saat ini, Airlangga mencatat harga tembaga tengah naik ke kisaran US$9.400 per ton, sehingga potensi pendapatan dari penjualan hasil smelter setidaknya bisa mencapai US$5,4 miliar atau Rp76,77 triliun.

"Jadi investasi (smelternya) Rp42 triliun atau US$3,5 miliar, revenue-nya hanya dari copper saja itu US$5,4 miliar," ungkap Airlangga di acara peresmian smelter Freeport di KEK Gresik, Selasa (12/10).

Baca juga : Rakyat Dapat Apa dari Laba PT Freeport Senilai Rp48,79 T

Bahkan, menurut Airlangga, potensi pendapatan Freeport masih bisa bertambah bila perusahaan turut memproses komoditas lain di smelternya, misalnya emas. Bila Freeport mengolah emas dan menghasilkan produksi sekitar 35 ton saja dengan harga emas US$.1700 per troy ons, maka bisa menghasilkan `cuan` sekitar US$1,8 miliar atau Rp25,59 triliun.

Namun, bila produksi bisa mencapai 50 ton, maka pendapatan akan mencapai US$2,7 miliar atau Rp38,38 triliun. "Jadi bayangkan selama 40 tahun, US$2 miliar itu rata-rata dinikmati negara lain, apakah 70 persen ke Spanyol maupun ke Jepang, jadi hari ini menjadi bersejarah karena ini seluruhnya akan diproduksi di Gresik," katanya.

Baca juga : Airlangga Ajak Parpol Non Koalisi Gabung ke Prabowo

Kendati begitu, ia mengatakan potensi pendapatan besar bagi Freeport ini perlu didukung dengan berbagai kebijakan dari pemerintah. Sebab, bisnis Freeport memiliki dampak ekonomi yang besar bagi Indonesia.

"Economic benefitnya sangat besar, terutama nanti kepada perpajakan," imbuhnya.

Ia pun turut menjamin dukungan tersebut, bahkan ia juga meminta menteri-menteri lain agar memberikan dukungan melalui kebijakan sektoral masing-masing. Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Menteri BUMN Erick Thohir misalnya, diharapkan bisa memberikan dukungan penyediaan infrastruktur dan energi di KEK Gresik yang menjadi lokasi smelter Freeport.

Dalam hal infrastruktur, Airlangga mengklaim pemerintah telah memberikan dukungan berupa peningkatan kapasitas pelabuhan dari semula memiliki luasan 500 meter x 30 meter, kini menjadi 1.000 meter x 30 meter. Sementara kedalaman dermaga ditingkatkan jadi 16 meter sehingga memungkinkan untuk bersandarnya kapal besar dengan ukuran 2.000 DWT.

Begitu juga dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang diharapkan bisa ikut mendukung Freeport dari sisi industri. Tak ketinggalan Menteri Keuangan Sri Mulyani dari sisi perpajakan.

"Tapi tax allowance rezim tidak berlaku di sini, karena ini bagian dari Kontrak Karya," tandasnya.