Kelompok Teroris di Indonesia Disebut Tidak Terpengaruh Geliat Taliban

Jakarta, law-justice.co - Aksi kelompok Taliban yang semakin gencar menyerang pasukan Afghanistan dan merebut wilayah dinilai tidak langsung mendorong pergerakan kelompok teroris di Indonesia.

Sebab Taliban dinilai bukan menjadi panutan bagi kelompok radikal di Indonesia.

Baca juga : Mahfud MD Ungkap Alasan Jadi Cawapres Ganjar-Isu Mahar Fantastis PDIP

"Saya kira serangan Taliban tidak significant bagi kelompok teroris di Indonesia. Lebih karena Taliban bukan patron ideologi (corak ideologi) bagi mereka, jadi bukan role model (panutan) apalagi menjadi pengaruh agar serangan yang sama bisa terjadi di Indonesia," ujar pengamat terorisme sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan Perdamaian, Taufik Andrie seperti melansir cnnindonesia.com.

Ideologi yang diusung kelompok teroris di Indonesia, lanjut Andrie, sejauh ini hanya berpatokan kepada prinsip yang dianut Al-Qaeda atau Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Baca juga : Prabowo Tak Hadiri Halalbihalal PKS, Disebut Jadi Sinyal Penolakan

"Meski ada simpati dan dukungan terhadap eksistensi Taliban dari mereka, tapi tampaknya belum ada komunikasi dan koordinasi antar mereka," ucap Andrie.

Taliban di Afghanistan sampai saat ini juga tidak masuk dalam daftar kelompok teroris yang disusun oleh Amerika Serikat, berbeda halnya dengan Al-Qaeda atau ISIS.

Baca juga : Diduga Halangi Proses Pelanggaran Etik, Novel Laporkan Nurul Ghufron

Menurut Andrie, sejauh ini belum ada tawaran dari Taliban bagi kelompok teroris di Indonesia untuk bergabung.

Andrie mengatakan satu-satunya hal yang bisa memotivasi kelompok teroris di Indonesia adalah area konflik di bawah penguasaan Taliban. Afghanistan dianggap cocok untuk sebagai tempat menggembleng kader teroris secara militer dan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam perang terbuka.

"Tapi hal tersebut butuh undangan dan kesepakatan dengan Taliban. Complicated processes," kata Andrie.

Senada, pengamat teroris lain, Nasir Abbas mengatakan serangan di Taliban tak akan memicu gejolak di kalangan kelompok radikal di Indonesia.

"Tidak ada tanda-tanda ke arah serangan di dalam Indonesia," kata Nassir.

Kelompok teroris di Indonesia, kata Nasir, justru bersemangat untuk bergabung dengan Taliban di Afghanistan. Karena itu memang harapan mereka.

"Pemerintah Afghanistan dianggap pro Amerika, sedangkan Taliban adalah pasukan muslim (Mujahidin) yang berjuang membela Islam," jelas Nasir, yang juga mantan pimpinan organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) itu.

Taliban terus meningkatkan serangan usai pasukan Amerika Serikat-Anggota Pakta Pertahanan (NATO) ditarik dari Afghanistan.

Dalam serangan bom mobil di Ibu Kota Kabul kemarin menewaskan delapan orang dan 20 lainnya luka-luka. Taliban menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu.

Taliban juga terus merebut wilayah pedesaan dan kota kecil di Afghanistan, termasuk wilayah-wilayah perbatasan. Beberapa hari ini, Taliban bahkan merangsek ke ibu kota di tiga provinsi.

Namun pasukan pemerintah berusaha mati-matian untuk mempertahankan wilayah yang dianggap krusial seperti Kota Lashkar Gah di Provinsi Helmand, Kandahar, dan Herat.