Mengamuk, Puluhan Preman Terminal Bungurasih Keroyok Prajurit TNI AU

Jakarta, law-justice.co - Anggota prajurit Tentara Nasional Indonesia kembali menjadi korban kebrutalan preman jalanan. Kali ini korbannya adalah prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

Prajurit Marinir TNI itu bernama Jehezkial Yusuf Sakan, dia bertugas di Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) IX Ambon, Maluku.

Dari informasi yang diterima, enin 24 Mei 2021, prajurit Marinir TNI berpangkat Prajurit Satu atau Pratu itu dikeroyok puluhan preman penguasa Terminal Purabaya atau Bungurasih, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Prajurit TNI kelahiran Ambon itu dikeroyok di pintu keluar terminal bus kota di Jalan Sutoyo, Desa Medaeng, Kecamatan Waru, Sidoarjo.

Puluhan preman itu ngamuk menghajar secara membabi buta korban terjatuh dan terkapar di jalanan dalam kondisi bersimbah darah.

Peristiwa itu terjadi pada sekira pukul 03:30 WIB, Minggu 23 Mei 2021, ketika itu Pratu Jehezkial sedang seorang diri. Dalam kondisi terluka parah korban ditolong warga dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur.

Sejumlah prajurit Marinir sempat berdatangan ke lokasi pengeroyokan. Namun semua pelaku telah kabur. Sejauh ini kepolisian telah meringkus beberapa pelaku. Sedangkan sisanya masih dalam perburuan.

Kepala Dinas Penerangan Korps Marinir, Kolonel Marinir Gugun Saeful Rachman mengatakan anggota TNI Angkatan Laut menjadi korban pengeroyokan sejumlah oknum masyarakat di Bungurasih Sidoarjo, Jawa Timur. Korban adalah anggota TNI yang masih menjalani pendidikan di wilayahnya.

Gugun berharap para pelaku bisa mempertanggungjawabkan tindakan yang dia sebut sangat merugikan, tak hanya bagi anggota TNI AL yang menjadi korban, tetapi juga masyarakat umumnya.

"Prajurit (korban) tersebut masih menjalani pendidikan. Pelaku tentu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya," kata Gugun seperti melansir cnnindonesia.com.

Gugun sendiri tak merinci telah sejauh mana kasus pengeroyokan yang disebut terjadi di kawasan Terminal Bungurasih, Sidoarjo pada Minggu (23/5).

Dia hanya mengatakan pihaknya meminta menghentikan segala tindakan yang merugikan itu.

"Jangan ada lagi aksi premanisme seperti itu, sangat merugikan bagi siapapun korbannya," kata dia.