Mualaf, MUI Minta Yahya Waloni Belajar Dulu Baru Jadi Ustaz

Jakarta, law-justice.co - Ceramah kontroversi yang kerap disampaikan ustaz Yahya Waloni membuat Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kiyai Cholil Nafis buka suara. Dia meminta, sebagai seorang mualaf, Waloni harus belajar ilmu agama terlebih dahulu dan tidak terburu-buru untuk menjadi seorang ustaz.

Seperti diketahui, belakangan ceramah Yahya Waloni menuai polemik, salah satunya saat ia mengaku dengan sengaja menabrak seekor anjing hingga kakinya pincang lantaran hewan itu dianggapnya najis. Lalu sebelumnya, dia mengimbau agar tak memakai masker karena virus Corona hanya akal-akalan bisnis.

Cholil Nafis mengimbau masyarakat untuk mencari penceramah agama yang bisa mengaji dan memiliki ilmu. Ini disampaikan Cholil saat menanggapi warganet yang memberikannya video Yahya Waloni ceramah soal menabrak anjing.

“Mualaf harusnya belajar dulu jangan buru-buru jadi ustaz. Masyarakat pun hendaknya cari penceramah yang bisa ngaji dan berilmu. Ini perlu dibina dibimbing, kecuali kalo tak mau ya,” tulis Cholil Nafis dikutip dari akun Twitter-nya, Kamis (18/2/2021).

Baca juga : PKS Undang Prabowo, PKB Sebut Usai Pilpres Semua Ingin Sejuk

Selanjutnya, Cholil juga menulis bahwa seorang mualaf itu tidak boleh menjelekkan agama sebelumnya, serta tak boleh membenci makhluk Tuhan, termasuk anjing. “Mualaf itu tak boleh menjelekan agama sebelumnya, tak boleh membenci makhluk Allah meskipun anjing,” sambungnya.

Sebelumnya, Cholil Nafis juga membuat cuitan yang mengomentari soal mualaf. Ia menyebut, orang yang baru masuk Islam belum punya ilmu banyak soal agama Islam.

Baca juga : Ini Tujuan Surya Paloh Bakal Sambangi Rumah Prabowo

Dalam sebuah video yang ia juga bagikan di cuitan itu, Cholil menjelaskan bahwa seseorang yang bercerita soal prosesnya menjadi mualaf itu sah-sah saja. Tapi seorang mualaf jangan menyampaikan sesuatu yang ia tidak ketahui pasti kebenarannya.

“Karena dia (mualaf) harus mengetahui kerangka di (ajaran) Islam, maka dia perlu belajar. Persoalan mengapa dia mendapat hidayah, menceritakan, lalu mengajak orang sadar berislam itu boleh, dianjurkan bahkan untuk kita mendakwah pada orang lain,” katanya.

Baca juga : Anies Temui Surya Paloh di NasDem Tower Usai Putusan MK, Ini Isinya

“Tetapi dakwah kita tetap dengan yang sesuai yang kita ketahui pasti kebenarannya, bukan menyampaikan sesuatu yang tidak pasti kebenarannya,” sambungnya.

Lebih lanjut, Cholil Nafis mengatakan bahwa saat ini masyarakat kadang sulit membedakan mana yang seorang mualaf bercerita soal prosesnya menjadi Islam, dan mana yang memposisikan diri sebagai ustaz.

“Konteks kita seringkali sulit membedakan mana dia sebagai cerita kesadaran diri proses berislam, dan memposisikan diri sebagai ustaz. Ustaz artinya orang yang sudah menjadi guru. Jadi storytelling seringkali disamakan dengan ustaz yang mengajari," tutupnya.