Dengar! Ini Nasihat Bijak Cak Nun Soal Polemik Vaksin Sinovac

Jakarta, law-justice.co - Meski Presiden Joko Widodo atau Jokowi sudah disuntik vaksin Covid-19, polemik soal vaksin Sinovac asal China masih terus terjadi di masyarakat. Terkait hal itu Muhammad Ainun Nadjib atau Cak Nun yang merupakan tokoh Intelektual Muslim Indonesia memberikan pandangannya soal vaksin tersebut.

Lewat kanal Youtubenya CakNun.com, ia mengatakan bahwa dirinya mendapat banyak pertanyaan seputar vaksin dari jemaah. Namun ia merasa tidak punya kompetensi untuk menjawab hal itu, maka ia mengajak de Eddot (dr. Eddy Supriyadi, Konsultan Hematologi-Ongkologi Pediatrik) dan tenaga kesehatan untuk menjelaskan.

Baca juga : Kemenkes Pastikan Vaksin Covid Masih Gratis, Berbayar Tahun Depan

“Itu pertanyaan diajukan ke saya dan itu tidak tepat sama sekali, karena harus ada pertanggungjawaban ekspertasi. Saya sendiri nggak punya pengetahuan yang cukup untuk membahas itu. Oleh karena itu saya mendatangkan dr Eddot dan mas Yoyok (Nakes) agar lebih luas mempertimbangkan, lebih detail dan seimbang satu sama lain seluruh informasi,” kata Cak Nun seperti dikutip dari laman CakNun.com, Kamis (21/1/2021).

Dalam tayangan itu dr Eddot menjawab dirinya bersedia divaksin. Alasannya, meskipun efikasi vaksin Sinovac hanya mencapai 65 persen, namun ia merasa ingin menjadi bagian dari 65 persen yang berhasil divaksin.

Baca juga : FDA Minta Vaksinasi Covid-19 Diusulkan Setiap Tahun

“Ikut mesti ada alasannya kenapa. Vaksin sinovac efikasinya 65 persen. Artinya dari 100 orang yang divaksin yang benar-benar bebas itu 65 persen yang 35 masih bisa ditularkan. Jadi kenapa kita gak milih kesempatan yang 65 itu.” ujar dr Eddot.

Cak Nun menanggapi kekhawatiran masyarakat soal vaksin. Menurutnya dalam islam kasus vaksin ini disebut Syubhat yang merujuk kepada sebuah keadaan kerancuan berpikir dalam memahami sesuatu hal, yang mengakibatkan sesuatu yang salah terlihat benar atau sebaliknya.

Baca juga : Rekomendasi Vaksin Direvisi WHO: Dewasa Tak Berisiko Tak Perlu Booster

“Kita memahami kekhawatiran, karena kasus covid-19 dan vaksin ini dalam islam disebut Syubhat. Orang belum bisa mematikan bahwa vaksin itu nantinya akan membawa manfaat atau mudhorot dalam tubuhnya. Sebenarnya dalam islam hal yang Sybhat harus ditinggalkan,” kata Cak Nun.

Namun lebih lanjut dalam kasus vaksin ini, ia mengatakan tidak bisa meninggalkan. “Karena kita saat ini ada di tengah-tengah itu semua. Jadi harus ada formula saran rekomendasi fatwa atau apapun utuk posisi masyarakat dan syubhat. Tapi bagaimana sikap kita untuk membereskan pertanyaan dan keraguan itu,” kata Cak Nun.

Lebih lanjut, Cak Nun mengambil sikap untuk berprasangka baik dan berserah kepada Allah.“Kalau saya (bersikap) begini, ada yang lebih berkuasa dari kita yaitu Tuhan. Melibatkan Tuhan jangan menunggu negara atau pemerintah. Kalau Anda merasa sangat rawan untuk ikut ya coba menghindar. Tapi tetap tawakal kepada Tuhan.”

“Kalau Anda merasa gamang dan miris untuk divaksin, hadirkan saja Tuhan dalam miris Anda. Jangan bergantug kepada vaksin untuk terlindung dari covid-19, melainkan bergantung kepada kehendak Allah. jadi ketika Anda divaksin, Allah yang bisa menentukan apakah vaksin itu ampuh melindungi atau tidak, itu terserah Allah.”

Di sisi lain Cak Nun juga mengajak masyarakat untuk menghargai usaha ilmuwan dan dokter untuk mengupayakan vaksin.

“Nomer 1 memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan. Ikhtiar manusia juga mesti kita hargai. Apalagi Predisen juga mencontohkan itu dan bersedia divaksin itu kan suatu bentuk tanggungjawab beliau harus kita hargai. Kita harus tetap bersikap baik dan berprasangka baik Husnuzan kepada siapapun termasuk beliau,” tutupnya.