Yuk! Buat Resolusi Cermat Atur Uang Jelang Tahun Baru

Jakarta, law-justice.co - Penghujung tahun semakin dekat. Namun, libur akhir tahun ini akan lebih pendek dari biasanya karena dipangkas 3 hari dari tanggal 28-30 Desember oleh pemerintah.

Selain libur yang semakin pendek, melonjaknya kasus covid-19 pun menjadi penyebab masyarakat mengurungkan niat untuk pelesir.

Baca juga : Menteri Keuangan Sri Mulyani Akui Bea Cukai Kadang Ganggu Kenyamanan

Walhasil, banyak masyarakat yang memiliki uang lebih untuk ditabung. Namun, melihat statistik yang menunjukkan kian baiknya literasi keuangan masyarakat, tak jarang yang mulai memilih menginvestasikan uang dibanding menabung di bank.

Dari berbagai instrumen keuangan yang ditawarkan, emas dan saham menjadi primadona. Emas, saat ini mulai melandai, turun dari puncaknya di sekitar Rp1 juta per gram.

Baca juga : Usai Ramai Keluhan Netizen, Ini 3 Instruksi Sri Mulyani ke Bea Cukai

Per Jumat (4/12), PT Aneka Tambang (Persero) atau Antam membanderol seharga Rp961 per gram. Meski melandai namun harga ini terbilang cukup tinggi untuk dibeli sebagai investasi.

Sementara, pasar modal saat ini telah naik cukup signifikan, perdagangan indeks pada Jumat siang ditutup di level 5.800 atau hanya terkoreksi 8,3 persen dari pembukaan di awal tahun.

Baca juga : Pekerja Tak Digaji, Direksi & Komisaris Indofarma Berlebih Tunjangan

Lantas bagaimana menyikapi keadaan pasar keuangan saat ini dan investasi apa yang tepat untuk Anda? Berikut beberapa tip berinvestasi cermat:

1. Tentukan Tujuan Investasi


Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Agustina Fitria menyebut sebelum melakukan investasi, Anda harus mengetahui apa tujuan dari investasi tersebut.

Dengan demikian, Anda dapat mengarahkan investasi yang tepat sesuai dengan tujuan. Misalnya saja, jika tujuan Anda berinvestasi adalah untuk menyimpan uang tunai agar tidak dibelanjakan, maka instrumen safe haven seperti emas atau obligasi yang memiliki return (untung) kecil namun aman dapat dipilih.

Berbeda jika tujuannya adalah untuk mengumpulkan uang sekolah anak dalam waktu relatif singkat. Maka, pasar modal yang memiliki return lebih tinggi dapat dimanfaatkan.


Menurut Agustina, jangan melihat instrumen keuangan hanya berdasarkan tingkat keuntungannya, namun lihat juga fungsi dan tujuan dari keputusan berinvestasi.

"Kami selalu menyarankan tentukan dulu investasi mau dibuat apa? Jadi ada tujuan yang jelas karena bandingkan saja antara saham dan emas, itu dua instrumen yang sangat berbeda," jelasnya.

2. Ketahui Profil Risiko Anda


Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Assad mengatakan langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah mencari tahu profil risiko Anda.

Pasalnya, setiap orang memiliki tingkat toleransi terhadap risiko rugi yang berbeda-beda dan jika salah memilih instrumen investasi, bisa jadi investasi malah tak sesuai harapan.


Contohnya, jika Anda tergolong konservatif dan tidak mementingkan untung besar dalam waktu singkat, maka emas atau obligasi lebih cocok untuk dijadikan investasi.

Lain halnya jika Anda merupakan kaum millennial yang agresif atau berani mengambil risiko tinggi dengan imbal balik yang besar. Pasar modal yang cenderung lebih fluktuatif bisa dijadikan pilihan.

Teja bilang indeks saat ini memang tengah menunjukkan tren reli yang menjanjikan, namun siap-siap dengan kemungkinan rugi karena aksi ambil untung.

Dia menyarankan mereka yang ingin masuk ke pasar modal untuk investasi jangka panjang agar memilih saham-saham berfundamental baik.

Walau tak menggiurkan seperti saham-saham yang berfluktuasi tinggi, namun investasi Anda jauh lebih aman.

"Untuk yang ingin investasi jangka panjang, belinya saham yang fundamental bagus, yang suka jangka pendek ya siap-siap saja menghadapi ketidakpastian karena berita sedikit negatif saja bisa langsung jeblok," ujarnya.


3. Kenali Instrumen Keuangan


Teja dan Agustina menganjurkan calon investor untuk mengenal dan mempelajari instrumen keuangan yang ada. Tujuannya, agar Anda tidak membeli kucing dalam karung alias sekedar meraba-raba tanpa tahu betul investasi apa yang Anda beli.

Jangan hanya sekedar mendengar testimoni atau saran orang terdekat, apalagi pemasaran dari pihak ketiga jika tak ingin buntung.

Selain mempelajari mekanisme pasar sampai mengikuti perkembangan politik dan ekonomi yang bisa mempengaruhi harga instrumen keuangan.


4. Jaga Likuiditas Anda


Dalam berinvestasi, Anda tidak disarankan untuk mencemplungkan seluruh uang atau tabungan Anda ke dalam bentuk satu investasi.

Pasalnya, jika investasi merugi, Anda akan kehilangan seluruh tabungan sekaligus. Karenanya Anda disarankan untuk memegang sebagian dana dalam bentuk tabungan atau minimal tak mengotak-atik dana darurat.

Apalagi ketika kepastian vaksin covid-19 belum sepenuhnya terjamin. Dalam prosesnya, Teja menilai, bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang berpotensi menekan pasar keuangan.

"Karena ketidakpastian vaksin masih ada, jangan-jangan ada masalah, investasi likuid cash dijaga dalam komposisi aman," katanya.

Agustina juga menambahkan pentingnya menjaga likuiditas uang tunai karena rata-rata investasi tak akan langsung untung. Seperti emas, ia bilang setidaknya butuh waktu setahun untuk dapat meraup kembali modal awal karena perbedaan nilai jual dan beli.