Prabowo Dinilai Abaikan Perasaan Masyarakat Soal Tim Mawar

Jakarta, law-justice.co - Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengkritisi langkah Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subainto yang mengangkat dua anggota tim mawar menjadi pejabat di lingkungan Kemhan. Menurut dia, Prabowo mengabaikan perasaan masyarakat terkait hal ini.

Anggota Tim Mawar yang dimaksud ialah Brigjen Yulius Selvanus sebagai Kepala Badan Instalasi Strategis Pertahanan Kemhan dan Brigjen TNI Dadang Hendrayudha sebagai Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan.

Baca juga : Resmi, Ganjar Pranowo Deklarasi Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

"Secara politik, pengangkatan ini jelas kurang mempertimbangkan psikologi masyarakat. Bagaimanapun mereka terkait dengan masa lalu yang kelam," katanya seperti dilansir dari suara.com, Jumat (25/9/2020).

Menurutnya apa yang dilakukan oleh Tim Mawar di masa lalu masih menjadi catatan serius hingga hari ini. Secara khsus soal kasus penghilangan paksa para aktivis pada 1998 yang masuk ke dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat itu malah tidak menjadi pertimbangan sama sekali.

Baca juga : Menteri Bahlil Diduga jadi `Orang Toxic` yang Dimaksud Menko Luhut

"Namun ternyata Presiden dan Tim Penilai Akhir (TPA) kan memilih mengabaikan catatan itu," ujarnya.

Karena itu Khairul kemudian menganggap apabila rekomendasi yang dikeluarkan Menhan Prabowo Subianto memiliki pengaruh sangat besar dalam menentukan siapa yang menjabat di Kemhan.

Baca juga : Ketika Klub Presiden Ala Prabowo Dinilai Jadi Upaya Mematikan Oposisi

Sampai Presiden Jokowi dan TPA pun mengambil langkah berani mengabaikan trauma psikologis publik dalam kaitannya dengan tim Mawar itu.


Meski begitu, Khairul menilai tidak bisa serta merta menuding pengangkatan itu sebagai bentuk nepotisme semata. Menurutnya dapat dimaklumi apabila Prabowo kemudian menunjuk tim untuk membantunya kepada orang-orang yang sudah dekat.

"Pengalaman dan kecocokan dalam bekerjasama sebagai atasan-bawahan maupun senior-junior di masa lalu, tentu menjadi pertimbangan yang sangat wajar dan masuk akal," tuturnya.

"Prabowo tentu bisa menilai kapasitas, loyalitas dan kinerja mereka. Apalagi tak ada ketentuan terkait jabatan itu yang dilanggar," Prabowo menambahkan