Pasukan Khusus BIN Jadi Heboh, Ketua MPR Pun Bicara

Jakarta, law-justice.co - Setelah sempat menjadi sorotan publik, akhirnya  Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) buka suara soal pasukan khusus Badan Intelijen Negara (BIN). Pasalnya, kehebohan itu terjadi setelah beberapa waktu lalu dirinya mengunggah sebuah video ke akun instagramnya.

"Tidak ada pasukan khusus BIN seperti yang diributkan. Video yang saya unggah di akun Instagram saya itu adalah demonstrasi para taruna-taruni Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) yang baru selesai pendidikan dengan berbagai keahlian khusus tersebut, mempertunjukan kemahirannya. Mereka menamakan dirinya Pasukan Khusus Rajawali," katanya seperti dilansir dari jpnn.com, Selasa (15/9/2020).

Baca juga : Respons NasDem soal Jokowi dan Paloh Hangat di Nikahan Anak Bamsoet

Menurut Politikus Golkar itu, asi taruna-taruni STIN itu berlangsung saat acara Inagurasi Peningkatan Statuta STIN dan Peresmian Patung Bung Karno di Sentul Bogor, Rabu (9/9/2020). Ketika itu, Bamsoet bersama Ketua DPR RI Puan Maharani juga menerima penghargaan brevet sebagai Warga Kehormatan dari kepala BIN.

"Saya bangga dan mendukung penuh prestasi para taruna-taruni STIN seperti yang dipertunjukkan mereka secara luar biasa di hadapan saya dan para undangan khusus lainnya sebagai bentuk prestasi pencapaian puncak pendidikan mereka selama di STIN," jelasnya.

Baca juga : Mencari Jalan Baru untuk Melindungi Penerimaan Negara

Menurut Bamsoet, mereka tidak hanya mahir menggunakan berbagai jenis senjata laras pendek dan laras panjang, tetapi mereka juga memiliki kemahiran menjinakkan bom, membebaskan sandera, terjun dari atas gedung memakai tali dan memperagakan kemahiran beladiri tangan kosong Tarung Derajat, menaklukan penyerang 20 orang bersenjata tajam seorang diri.

Seharusnya, kata Bamsoet, bangsa ini bangga memiliki putra-putri dengan kemahiran yang tidak kalah dengan kemampuan badan-badan intelijen dunia yang mempunyai tim taktis yang memang sewaktu-waktu apabila diperlukan, mereka para taruna-taruni jebolan STIN tersebut siap dipergunakan di dalam operasi khusus oleh Kementerian Pertahanan RI, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sesuai dengan amanat UU. Baca Juga: MPR Dorong Biofarma Percepat Proses Pembuatan Vaksin Covid-19

Baca juga : 4 Caketum di Munas Golkar 2024, Ada Airlangga, Bahlil, Bamsoet dan AGK

"Bagi saya, intelijen yang mumpuni, selain menjadi mata dan telinga negara serta mahir dalam menganalisa informasi juga harus terampil melakukan penyusupan, penyamaran, propaganda, agitasi, provokasi, menggelar operasi rahasia dan mampu melakukan pertempuran baik perorangan sebagai pertahanan diri maupun sebagai team atau kelompok untuk melumpuhkan musuh di medan yang rumit dan sulit," tuturnya.

Demo ketangkasan yang ditunjukan para taruna-taruni STIN itu menurutnya sangat membanggakan. Sekaligus, hal itu menunjukan bahwa SDM intelijen Indonesia tidak kalah dengan kehebatan 10 intelijen terbaik dunia seperti CIA (Amerika) M16 (Inggris), GRU (Rusia), DGSE (Prancis), ISI (Pakistan), BND (Jerman), Mossad (Israel), R&AW (India), ASIS (Australia), CSIS (Kanada) dan badan intelijen dunia lainnya.

Keterampilan beladiri, menjinakkan bom, membebaskan sandera, keahlian cyber dan bertempur merupakan hal yang harus dikuasai seorang intelijen dalam pekerjaannya menjaga keamanan bangsa dan negara. Termasuk keterampilan dalam melumpuhkan musuh dan interogasi.

Bahkan, katanya, CIA kerap melakukan berbagai eksperimen kontrol-pikiran untuk mengeksplorasi memori otak, pura-pura berkepribadian ganda (banci), hingga kemampuan menggunakan dan menjinakan senjata biologis.

"Sekali lagi, saya bangga pada taruna-taruni STIN yang dilatih keterampilan khusus, soft skill. Sehingga tangguh dan profesional dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, menjaga keamanan negara, menjaga NKRI sesuai amanat UUD NRI 1945," tutupnya.