Budhy Munawar Rachman, Cendikiawan Muslim

Mari Membaca Fenomena Pandemik #VirusCoronaChina

Jakarta, law-justice.co - Slavoj Žižek seorang filsuf terkemuka Eropa kontemporer, April ini meluncurkan buku tips yang berjudul “Pandemic! Covid-19 Shakes the World”. Ini adalah buku refleksi filosofis pertama terkait pandemik Corona.
 
Seperti biasanya filsuf yang “unik” ini memberi pandangan yang mengejutkan bagaimana ia menafsirkan pandemic Covid-19 ini secara filosofis. Dalam cover bukunya ini menarik, ia menaruh kata “pandemic” menyatu dengan kata “panic”.

Secara singkat, buku Žižek ini memberi kita wawasan terhadap apa yang sedang berubah dalam dunia global ini. Žižek adalah seorang filsuf Marxis dari Slovenia.

Baca juga : PKS: `Dissenting Opinion` MK, Momentum Perbaiki Kualitas Pemilu

Ia termasuk salah satu filsuf kontemporer yang paling menonjol dan produktif di era kontemporer akhir-akhir ini. Bahkan ia sering disebut sebagai “filsuf politik paling berbahaya di Barat”.

Buku yang  ditulisnya di tengah-tengah kepanikan global akibat pandemik Corona, berasal dari pengolahan kembali kolom-kolomnya di mingguan RT (rt.com) yang dulu dikenal sebagai “Russian Today”.

Baca juga : Judi Online Masih Merajalela, Pemerintah Mesti Lebih Serius

Dalam bukunya ini, ada banyak hal yang menarik, misalnya bahwa sekarang ini, kita menafsirkan, bahwa kita harus mengambil jarak (“social distancing”), bahkan dari mereka yang dekat dengan kita atau kita cintai.

Mengambil jarak perlu dilakukan, supaya kita bisa sungguh-sungguh mengalami kehadiran mereka, yaitu bahwa orang-orang yang dekat dengan kita itu penting dalam hidup kita. Tapi kini kita tidak bisa “mendekat” seperti normalnya.

Baca juga : Bank BTN Usul KPR Subsidi Buat Orang Bergaji Rp 8 Juta-Rp 15 Juta

Kita tidak bisa lagi berjabatan tangan, memeluk apalagi menciumnya. Kalau dulu kita punya kiasan, bahwa hp itu “mendekatkan yang jauh” maka kira-kira, istilah kita di Indonesia, virus Corona ini benar-benar telah “menjauhkan yang dekat!”

Dalam era kepanikan ini, kata Žižek, juga banyak potongan-potongan pikiran yang terus bermunculan dalam pikiran kita, sebagai reaksi atas keadaan, kepanikan, dan kebijakan publik terkait virus Corona ini. “Potongan-potongan pikiran” inilah yang menstimulasi kepanikan.

Žižek menulis bukunya ini dengan memadukan perspektif-perspektif teori politik kiri dan budaya pop, yang dibungkus dengan pandangan-pandangannya yang sering mengejutkan, bahkan tidak lazim.

Dalam wawancara dengan Amy Goodman di acara radio “New York City Democracy Now! (2008) Ia menjabarkan dirinya sebagai seorang “komunis yang Kompeten”. Di tempat lain ia menyebut dirinya sebagai “kiri radikal”. Bukunya ini pun ia tulis dengan perspektif “kiri radikal” ini.

Sedikit contoh pikiran-pikirannya yang kiri radikal, yang muncul juga dalam buku tentang virus Corona ini, misalnya ia menyebut bahwa virus corona adalah serangan telak bagi kapitalisme, dan merupakan dalam istilahnya “penemuan kembali komunisme”.

Dalam soal penyebaran virus Corona yang sekarang mendunia ini, menurutnya ada yang luput dari perhatian masyarakat maupun para ahli, yaitu bahwa wabah ini juga telah memicu virus ideologis, seperti berita palsu, teori konspirasi sampai ungkapan-ungkapan yang bisa kita kategorikan sebagai rasisme.

Virus lain yang juga sedang menyebar dibalik virus Corona ini, menurut Žižek, adalah virus tentang konsep masyarakat alternatif yang melampaui konsep negara-bangsa.

Virus masyarakat alternatif ini, ciri masyarakatnya mengaktualisasikan dirinya dalam bentuk solidaritas dan kerjasama global. Menurut Žižek, virus Corona telah memaksa  banyak pihak, dalam istilahnya “menemukan kembali komunisme”.

Pikiran ini telah menimbulkan kontroversi, karena istilah "komunisme" itu. Tapi maksudnya sederhana, bahwa ancaman global sekarang ini telah mampu melahirkan solidaritas global di mana perbedaan-perbedaan kelas, agama, etnik, ras, dan sebagainya menjadi tidak berarti, karena kita semua menurut Žižek sedang berusaha mencari solusi, yang melampaui perbedaan identitas tersebut.

Solusinya yang sedang dibayangkan Žižek adalah masyarakat dengan solidaritas baru, yang berbeda dengan bentuk solidaritas sebelumnya. Žižek menyebut, kita memang memerlukan bencana besar ini, untuk bisa memikirkan hal-hal yang begitu mendasar dari kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah soal solidaritas global itu.

Buku ini menarik dan perlu kita baca pelan-pelan supaya masuk ke dalam pikiran dan hati, sambil merefleksikan berita-berita nasional kita, maupun global yang seliweran terus menerus di media, maupun media sosial yang kita baca, yang sering membuat kepanikan.

Žižek bisa memberikan cara pembacaan yang tidak terduga dalam menafsirkan situasi dunia sekarang ini. 

Oleh karena pikiran-pikirannya yang tidak lazim ini, Adam Kirsch dalam “The New Republic” menyebutnya sebagai filsuf yang paling berbahaya di Barat. Kutipan ini, tertera besar disampul belakang buku Žižek ini.

Pikirannya memang mengancam dasar-dasar masyarakat modern Barat; karena ia, dan sangat jelas dalam buku tentang virus Corona ini, bicara tentang mulainya kebangkrutan peradaban Barat yang didasarkan pada kapitalisme atau pasar bebas.

Kondisi global sekarang ini menurut Žižek menjadi tanda yang jelas perlunya reorganisasi ekonomi global, yang tidak lagi bergantung pada mekanisme pasar, tapi misalnya ia menyebut pada semacam organisasi global yang dapat mengatur dan mengendalikan ekonomi dunia, yang bisa saja membatasi kekuasaan negara-bangsa.

Di masa lalu, negara-bangsa selalu mempertahankan kekuasaannya dengan perang, dan sekarang suasana seperti itu terjadi lagi, tapi situasinya berbeda, dan bukan perang biasa tapi “perang medis”.