Berisi 5 Ribu Orang, Hampir 80% Awak Kapal Induk AS Positif COVID-19

Jakarta, law-justice.co - Kapal induk Amerika Serikat, Theodore Roosevelt, tak dapat menghindari ancaman dari pandemi COVID-19.

Memiliki sejumlah 5.000 orang di dalamnya, sang kapten kapal induk Angkatan Laut AS meminta bantuan untuk menyelamatkan nyawa dari para pelautnya.

Pada minggu lalu, Kapal Induk AS Theodore Roosevelt yang berada di laut Pasifik melaporkan kasus virus corona pertama yang telah dikonfirmasi.

Sejak munculnya kasus pertama, kapal induk tersebut ditarik ke pelabuhan di Guam, wilayah kepulauan AS di Pasifik Barat.

Dikutip dari The Guardian, sebuah surat ditulis oleh sang Kapten. Ia menggambarkan situasi suram di atas kapal induk bertenaga nuklir tersebut, ketika lebih banyak pelaut yang positif terinfeksi COVID-19.

Kapten Brett Crozier, yang merupakan komando kapal, menuliskan bahwa kapal induk tidak memiliki cukup fasilitas karantina dan isolasi.

Ia juga memperingatkan bahwa strategi yang digunakan kapal saat ini akan memperlambat, namun gagal memberantas virus yang menyerang bagian pernapasan itu.

Dalam suratnya, ia menyerukan `tindakan tegas` dan mengeluarkan lebih dari 4.000 pelaut dari kapal dan mengisolasi mereka.

Bersama dengan awak kapal, penerbang angkatan laut dan penumpang lainnya saling membantu melayani di atas Roosevelt.

"Kami tidak berperang. Pelaut tidak perlu mati. Jika kita tidak bertindak sekarang, kita gagal untuk merawat dengan baik aset kita yang paling tepercaya - pelaut kita," tulis Crozier

Pejabat AS, yang tidak ingin diungkapkan identitasnya mengungkapkan bahwa hampir 80 persen orang yang berada di atas kapal induk tersebut telah dinyatakan positif terinfeksi virus.

Jumlah cenderung akan terus meningkat karena semua personel di dalam kapal tersebut di uji.

Namun, Angkatan Laut AS menolak untuk mengonfirmasi dengan tepat berapa banyak orang yang berada di Roosevelt telah terpapar virus.

Surat yang dikirimkan dari kapal induk juga telah di konfirmasi oleh para pejabat AS.

Di dalam surat juga tidak mengatakan di mana pelaut dievakuasi, dan dituliskan bahwa akan ada tantangan dalam mengamankan akomodasi untuk kru kapal agar aman saat karantina diri selama 14 hari.

Pulau Guam, yang menjadi tempat kapal induk AS untuk berlabuh adalah episentrum COVID-19 di wilayah pasifik dan sedang berjuang untuk menangani kasus virus yang dimilikinya.

Guam sendiri memiliki 58 kasus yang telah dikonfirmasi dan sudah dua kematian yang terjadi akibat COVID-19.

Sekretaris Angkatan Laut AS, Thomas Modly mengatakan bahwa anggotanya sedang bekerja mencari cara selama beberapa hari untuk membuat para pelaut turun dari kapal ke Guam.

Modly juga mengungkapkan bahwa Guam tidak memiliki tempat tidur yang cukup dan Angkatan Laut sedang berbicara dengan pemerintah setempat untuk menggunakan hotel dan mendirikan sebuah tenda.

Ia juga tidak setuju dengan isi surat yang dituliskan oleh sang kapten karena terlalu memiliki risiko besar.

“Kami tidak setuju dengan (komandan) di kapal itu, dan kami melakukannya dengan cara yang sangat metodis karena itu tidak sama dengan kapal pesiar, kapal itu memiliki persenjataan di atasnya, ia memiliki pesawat," ujarnya.

Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS, Mark Esper pada Selasa, 31 Maret 2020 kemarin mengatakan bahwa akan mengambil beberapa pelaut, menguji dan mengkarantina mereka, kemudian membersihkan kapal dan memutarnya kembali bersama awak yang masih berada di dalamnya.

Ia mengungkapkan bahwa akan ada beberapa pelaut yang akan dikarantina dan diisolasi di kapal, namun masih belum diketahui tindakan seperti apa yang akan dilakukan oleh pemerintah AS terhadap para awak kapal. (pikiranrakyat.com).