Nasib Nahas Liverpool, 30 Tahun Menanti Gelar yang Terancam Batal

law-justice.co - Fans Liverpool saat ini di ambang kekhawatiran bahwa mereka bakal batal meraih gelar Premier League yang sudah di depan mata. Wabah Corona yang melanda semua negara memunculkan spekulasi tentang kelanjutan kompetisi kasta tertinggi di Inggris. Banyak yang berpendapat agar Liverpool segera dinobatkan sebagai juara, tapi ada pula yang berpendapat kompetisi sebaiknya dihentikan dan tidak ada tim yang meraih gelar juara musim ini.

Butuh waktu 3o tahun bagi Liverpool untuk kembali meraih gelar Premier League. Kini trofi itu sudah di depan mata, karena The Reds berjarak 25 poin dari pesaing terdekat Manchester City. Anak asuh Jurgen Klopp kini hanya butuh 9 poin untuk memastikan gelas juara musim ini.

Baca juga : Bank BTN Usul KPR Subsidi Buat Orang Bergaji Rp 8 Juta-Rp 15 Juta

Namun wabah Corona tiba-tiba menyerang eropa, tidak terkecuali Inggris. Di Negeri Ratu Elisabeth, sudah ada ratusan korban positif Covid-19, dengan angka kematian 104 orang. Federerasi sepak bola Inggris (FA) akhirnya menghentikan kompetisi, paling tidak sampai 30 Maret.

Sayangnya, tidak ada tanda-tanda wabah Corona bakal menurun di eropa. Trennya bahkan meningkat. Kerumunan orang pun dilarang, termasuk pertandingan sepakbola.

Baca juga : Hamas Siapkan Jebakan Jika Israel Menyerang Rafah

Fakta itu memunculkan pertanyaan, bagaimana kelanjutan Liga Inggris jika wabah pandemi itu tidak kunjung reda hingga bulan Agustus?

Untuk sementara belum ada keputusan yang diambil. Beberapa pakar sepak bola menyarankan kompetisi dihentikan, sehingga pemuncak klasemen sementara yang dinobatkan sebagai juara.

Baca juga : 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Saat BI Rate Naik

Tapi ada juga yang berpendapat berbeda. Jamie Carragher misalnya, berpendapat bahwa Liverpool tidak layak dinobatkan juara jika belum menuntaskan kompetisi.

Legenda Liverpool itu yakin, pada akhirnya Liverpool pasti akan juara. Mereka hanya perlu menunggu satu atau dua pertandingan lagi.

"Tapi jika liga berhenti, rasanya tidak benar memberi mereka gelar juara. Ya, Liverpool mungkin diberikan gelar liga, itulah yang dikatakan orang-orang. Tetapi akan selalu ada sesuatu di sana yang tidak terasa benar tentang itu," kata Carragher, dilansir dari Goal.

Penghentian kompetis, menurut Carragher, bukan semata-mata menjadi masalah Liverpool. Ada nasib tim-tim lainnya yang berada di ujung tanduk.

"Bagaimana pengaruhnya terhadap Liga Champions? Musim ini harus selesai karena memiliki dampak untuk kompetisi Eropa pada musim depan," kata dia.

"Kapanpun tanggalnya kita harus kembali bermain, meskipun itu Agustus atau September, ini harus diselesaikan dan Anda harus kreatif pada musim depan. Bagaimanapun mereka akan menemukan jalannya," sambung Carragher dikutip dari Independent.

Pendapat lebih ekstrem dinyatakan oleh kolumnis Olahraga Karren Brady. Ia mengatakan, dengan adanya wabah Corona, jika kompetisi tidak diteruskan, seharusnya musim ini dianggap batal. Tanpa tim yang menjadi juara.

Jika kompetisi tidak diteruskan dan tidak ada tim yang dinobatkan sebagai juara, ini akan menjadi petakan bagi Liverpool.

Tapi yang pasti, kalaupun Liverpool menjadi juara, kecil kemungkinan akan ada perayaan gelar yang dihadiri oleh ribuan fans. Pemerintah tidak akan mengambil risiko meluasnya wabah hanya demin perayaan gelar, walaupun itu bernilai 30 tahun.