Ketua MPR Akui Ada Campur Tangan Asing di Semua Partai Politik

Jakarta, law-justice.co - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) megatakan bukan oligarki yang menjelma menjadi dinasti politik, melainkan para pemodal asing yang campur tangan pada hampir semua partai politik di Indonesia. Karena itu, tidak ada yang salah dengan keluarga yang secara beramai-ramai terjun ke dunia politik.

"Enggak ada yang salah, anak Bupati, menantu Bupati, keponakan, istri jadi pejabat. Ini adalah realitas politik kita ketika memilih sistem demokrasi seperti yang kita alami sekarang ini. Inilah konsekuensinya," ujar Bamsoet dalam acara launching sekaligus rilis hasil riset NAGARA Institute, di Kawasan GBK, Senayan, Jakarta, Senin (17/2) seeprti dikutip Rmol.

Baca juga : Respons Edy Rahmayadi soal Kans Duet dengan Bobby di Pilgub Sumut

Dibanding dengan dinasti politik, Bamsoet lebih khawatir dengan partai politik yang dikuasai para pemodal asing. "Saya lebih khawatir jika melihat penguasaan partai politik oleh para pemodal dan asing. Setiap Munas, Muktamar, semua para pemodal dan asing mengintip untuk mendompleng ikut cawe-cawe mensponsori," ungkap Bamsoet.

Sebab berdasarkan informasi yang ia terima, partai politik saat ini tidak bisa jauh dari pemodal atau bohir. "Tidak ada partai politik yang tidak memiliki kaki tangan para pemodal. Saya pernah mendengar paparan itu dari purnawirawan TNI. Benar tidaknya, hanya hati kita yang bisa menjawab," jelas politisi Golkar ini.

Baca juga : Lantaran Israel Bebal Tetap Serang Rafah, Harga Minyak Dunia Naik

Dengan kecenderungan tersebut, Bamsoet bahkan mengibaratkan keberadaan pemodal asing yang menguasai partai politik lebih bahaya dibandingkan dengan pasukan perang. "Untuk menguasai Indonesia tidak perlu mengirim pasukan perang, kapal selam, nuklir. Cukup kuasai partai partai politik yang ada di Indonesia. Intip tiap ada Munas, Muktamar atau Kongres. Dekati calon-alonnya, kalau dia punya orang, kuasai lah. Modalnya sampai 1 triliun bisa kuasai parpol," tandas Bamsoet.

Baca juga : Tamatan SMK dan SMA Jadi Pengangguran Terbanyak di Indonesia