Kebijakan Impor Daging Sapi Brazil Rugikan Peternak Lokal

Jakarta, law-justice.co - Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan izin impor 50.000 ton daging sapi Brasil hingga akhir tahun 2019 kepada tiga perusahaan pelat merah. Pengusaha menilai impor ini akan membuat harga daging sapi lokal terguncang.

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Teguh Boediyana mengatakan, saat ini sudah ada goncangan terhadap harga daging sapi lokal karena masuknya daging kerbau India yang harganya Rp 70.000 per kilogram (kg). Ditambah lagi dengan wacana daging sapi impor Brasil.

Baca juga : Kemendag Optimistis Utang Rafaksi Minyak Goreng Lunas Bulan Depan

Bila kedua negara tersebut menyasar pasar di wilayah timur Indonesia, maka dampaknya besar dan merugikan peternak lokal.

"Karena harga sapi lokal diconvert jadi daging, itu pasti di atas Rp 100.000. Kalau harus compete dengan India yang katanya Rp 70.000/kg jelas tidak mungkin lah, itu sekarang sapi lokal untuk masuk Jakarta tidak bisa. Nah kalau daging India masuk ke timur itu akan menggilas semua. Menimbulkan distorsi terhadap harga yang sudah ditentukan sebelumnya dan itu sangat merugikan peternak," kata Teguh ketika dihubungi detikFinance, Jumat (16/8).

Baca juga : Kemendag Akan Bayar Utang Rafaksi Minyak Goreng Rp474 M ke Peritel

Teguh mengatakan, kebijakan impor ini bila diteruskan dapat menggeser keberadaan peternak sapi lokal. Ia bahkan menganggap pemerintah melakukan impor ini untuk menjual minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) ke India dan juga Brasil.

"Kalau posisi mereka itu digeser terus dengan daging sapi impor yang pertimbangannya sangat murah, dan akhirnya mereka tidak merasakan pemanfaatan ekonomi sama sekali, apa yang terjadi? Pasti akan terjadi kondisi pengurasan dan pengurangan dan pada akhirnya peternak Indonesia yang jadi tidak penting," papar Teguh.

Baca juga : Ini Respons Kemendagri soal Rencana DKI Nonaktifkan Ribuan NIK

Menurutnya, peternak lokal merupakan pemegang posisi penting dalam menjaga keberadaan sapi di Indonesia. Ia mengungkapkan, sekitar 15 juta sapi di Indonesia tetap bertahan karena peran dari peternak lokal yang sebagian besar merupakan peternak rakyat atau peternak kecil.

"Kita tahu peternakan sapi potong di Indonesia untuk sapi lokal itu adalah peternakan rakyat, dengan kepemilikan ya rata-rata 2-4 ekorlah. Dan itu merupakan usaha sambilan, yang juga pendekatannya usaha tani, yang pasti tidak efisien kalau kita hitung secara ekonomi. Tetapi keberadaan mereka itulah pada hari ini di Indonesia masih ada sekitar 15 juta ekor sapi. Jadi peternak-peternak kecil inilah yang sebenarnya membuat kita masih punya sapi dengan cara mereka," jelasnya.

Teguh menyatakan, ia bersama peternak lain ingin mengajukan untuk bertemu dengan pemerintah dan menyampaikan pendapat mereka agar menemukan solusi yang baik demi kesejahteraan peternak lokal. Ia menegaskan agar pemerintah tidak hanya memikirkan solusi jangka pendek, namun juga jangka panjang.

"Terus terang saja saya mau mengajukan kepada pemerintah untuk solusi, kami peternak ini supaya diundang pemerintah. Tentu saja pemerintah tidak mau pragmatis, tetapi harus berpikir jangka panjang. Jangan sampai untuk solusi jangka pendek malah menghentikan kepentingan jangka panjang," pungkas Teguh.