Terlalu Lama Disimpan, 50 Ribu Ton Beras Bulog Terbuang Sia-sia

Jakarta, law-justice.co - Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana melepas sebanyak 50 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) dari gudang karena mutu komoditas tersebut telah menurun. Beras itu dinilai tidak layak lagi untuk diolah akibat terlalu lama disimpan di gudang.

"(Beras) itu dari tahun lama. Pengadaan yang dulu-dulu, ada yang 2015, 2016, 2017," ujar Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (7/1/2019).

Baca juga : Pengamat Asing Sebut Prabowo Bakal Teruskan Model Ekonomi Jokowi

Ia menjelaskan Bulog akan mencoba mengolah lebih dulu beras yang turun kadar mutunya untuk menjadi produk lain, seperti ethanol. Namun jika tidak memungkinkan, maka beras tersebut harus dibuang.

"Kalau masih bisa kami manfaatkan, kami manfaatkan," jelasnya.

Baca juga : Apakah Prabowo-Megawati akan Singkirkan Jokowi?

Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pengelolaan CBP, waktu penyimpanan beras di gudang seharusnya hanya 4 bulan. Namun, aturan itu tak berjalan sempurna. Pasalnya, menurut dia, sisa beras di gudang yang berasal dari impor pada April 2018 lalu masih lebih dari 1 juta ton.

"Masih ada 1 juta lebih yang sisa impor yang lama. itu kan potensi rusak (kalau tidak disalurkan)," ujarnya.

Baca juga : Bagaimana Investasi Crypto untuk Jangka Panjang?

Ia menjelaskan terdapat beberapa cara Bulog dalam menyalurkan beras. Pertama, melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH). Program ini dulu dikenal sebagai operasi pasar.

Kedua, penyaluran secara komersial. Ketiga, program golongan anggaran yang melayani kebutuhan beras di perbatasan. Keempat, program beras sejahtera atau bantuan pangan nontunai.

Saat ini, menurut dia, volume CBP yang ditampung Bulog sekitar 2,2 juta ton. Sejak awal tahun, Bulog telah menyerap sekitar 800 ribu ton dengan rata-rata serapan harian di kisaran 8.000-10.000 ribu ton. Hingga akhir tahun, total serapan beras Bulog ditargetkan mencapai 1,8 juta ton.

Sumber: CNN Indonesia