Nilai Rupiah Masih Tertekan Dollar US, Rp 14.326

Jakarta, law-justice.co - Pergerakan rupiah pada perdagangan pekan ini terus dalam tekanan. Pasalnya memasuki kuartal-II kebutuhan pasar domestik terhadap dollar Amerika Serikat (AS) meningkat karena musim dividen, belum lagi sentimen global yang menggoyahkan laju mata uang rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg , dalam sepekan rupiah sudah melemah 0,42%. Lebih lemah, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah melemah 0,45%. Sementara secara harian Jumat (10/5) rupiah ditutup di level Rp 14.326 per dollar AS. Adapun dalam kurs tengah BI mata uang rupiah melemah tipis 0,06%. 

Jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor) hari ini berada di Rp 14.347 per dollar AS, melemah 0,06% dari posisi kemarin Rp 14.338 per dollar AS. Sejumlah mata uang Asia yang menguat antara lain baht, yuan, won, peso, dollar Singapura dollar Taiwan, dan dollar Hong Kong. Sementara rupiah melemah bersama dengan yen, rupee, dan ringgit.

Di sisi lain, indeks dollar justru masih tertekan. Hari ini, indeks dollar berada di 97,36. Indeks yang mencerminkan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama dunia ini melemah dalam tiga hari perdagangan berturut-turut. Sentimen global yang bergulir hari ini adalah keputusan AS yang meningkatkan tarif impor atas barang-barang China dari 10% menjadi 25%.

Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump pertengahan pekan lalu telah mengisyaratkan kenaikan impor China. Makin panas, Trump mengatakan China telah melanggar kesepakatan dagang dan ia memastikan kebijakan impor itu akan tetap dilaksanakan. Prediksi untuk pekan depan pasar masih fokus terhadap perang dagang AS-China. “Pasar akan menanti stimulus apa yang akan digelontorkan China untuk perang dagang, jika positif maka rupiah bisa akan menguat pekan depan dengan rentang pergerakan di level Rp 14.275-Rp 14.350 per dollar AS, "ujar seorang analis bursa. (PR)