Rommy Ditangkap, Sinyal Rontoknya Ring 1 Jokowi

Jakarta, law-justice.co - Tertangkapnya Romy, Romahurmuzy, Ketum PPP yang di dukung Istana pada Jumat (15/3) pagi kemarin di Depan Hotel Bumi Surabaya, semakin perlihatkan rapuhnya pertahanan paslon 01, Joko Widodo-Ma`ruf Amien.

Dengan peristiwa penangkapan ini pasti  membangun presepsi publik bahwa selama ini, Jokowi sebagai Presiden dan Capres di kelilingi atau "piara" para koruptor. Isu koruptor dan korupsi di sekitar koalisi partai koalisi yang dukung paslon 01 semakin terkuak kebenarannya.

Baca juga : Ini Susunan Pemain Indonesia vs Uzbekistan: Sananta Gantikan Struick

Belum lama kader PDIP sebagai Bupati Kota Waringin Timur (Kotim) juga di tangkap KPK karena terbukti korupsi Rp 5,8 T dalam perizinan tambang. Meski banyak ktirikan dari aktifis dan publik atas kasus korupsi bupati Kotim itu, tapi anggota Partai Koalisi pendukung 01 diam seribu bahasa.

Romy, dianggap sangat berjasa menggolkan Kiai Ma`ruf Amien, Ketua MUI dan Ketua Suriah NU sebagai Cawapres Jokowi. Dan itu di setujui oleh semua Ketum Partai pendukung Paslon 01. Meski sebelumnya Mahfud MD sdh di jagokan sebelum tapi di last minute, Ma`ruf Amien terpilih.

Baca juga : Myanmar Dilanda Gelombang Panas 48,2 Derajat Celsius

Pilihan Capres Jokowi gugurkan Mahfud MD ini tamparan keras bagi sejumlah kalangan termasuk Mahfud MD sendiri.
Mahfud MD pernah ingat Romy. "Jangan main-main."

Tertangkapnya Romy di Surabaya pada hari Jumat pagi itu adalah terkabulnya doa Mahfud MD yang terzalimi karena perbuatan Jokowi sebagai Capres dan Rommy? Wallhu`alam. Tapi yang jelas tertangkap Romy sebagai ketum PPP dan Orang dekat Jokowi ini adalah tamparan telak dan keras bagi pertahana koalisi Capres 01.

Baca juga : Komisi III Dukung Polda Kalsel Miskinkan Bandar Narkoba dengan TPPU

Meski di bantah oleh Erick Tohir sebagai Ketua KTN yang bilang kasus Rommy tidak akan pengaruhi elektabilitas Jokowi. Ibarat suatu gumaman sunyi untuk hibur diri di tengah sepi nya sambutan Rakyat terhadap paslon 01 di berbagai daerah.

Lain lagi dengan Denny JA, bos LSI bilang elektabilitas Jokowi akan naik 2 % dengan tertangkapnya Romy. Apakah mungkin Denny JA yang di tuding Djoko Edhi Abdurahman dibayar Rp 43 Miliar itu, sudah siapkan prosentasi untuk naikkan 2 % duluan baru di rilis dengan alasan Jokowi tidak pandang bulu?

Nah pertahanan di kubu-kubu paslon 01 ini dengan membangun opini dalam kalkulasi politik dan politis semata tanpa pertimbangkan akal sehat publik ini hanya upaya hibur diri belaka.

Karena kasus tertangkapnya Rommy adalah pengumuman rapuhnya pertahanan paslon 01 yang ternyata selama ini di kelilingi para koruptor tak terbantahkan. Sebelumnya adalah Ketum dan Sekjen Golkar.

Semuanya itu memperkuat asumsi publik dan masyarakat luas bahwa paslon 01 memang tak perlu di dukung lagi.

Pembusukan paslon 01 bukan saja dari kasus penangkan Rommy semata. Tetapi konflik internal soliditas paslon 01 semakin rapuh dengan saling tengkar antara PDIP vs PS dalam isu Perda Syariah. Juga kritikan Wakil Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar, Akbar Tanjung yang anggap Partai Nasdem sebagai partai punya niat jahat karena di anggapnya mau merebut kader-kader Golkar.

Nah, semakin dekat Pilpres 17 April yang tinggal menghitung hari, Paslon 01 di rudung berbagai masalah yang membuat lemah dan rapuh pertahanannya.

Dan semuanya itu akan menjadi api dalam sekam untuk melumat Capres 01 yang sudah dicap publik sebagai ingkar 66 janji-janji politik 2014 dan di anggap pembohong. Maka kekalahan Joko Widodo-Makruf Amin sudah semakin nyata.

 

Muslim Arbi, Koordinator Gerakan Perubahan (Garpu)