Digitalisasi Arsip Ala Putu Wijaya: Konsep Hingga Reinterpretasi

Jakarta, law-justice.co - Pimpinan Teater Mandiri dan Budayawan Putu Wijaya mengajak hamba panggung teater untuk mendigitalisasi arsip

"Kami Teater Mandiri sedang mendigitalisasi arsip Teater Mandiri, untuk disosialisasikan ke
publik," Katanya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (25/5/2023).

Baca juga : Ayu Utami dan Seratusan Seniman Kirim Amicus Curiae ke MK

Putu mengungkapkan, Teater Mandiri sendiri punya banyak sekal arsip. " Hal ini Teater Mandiri tidak punya banyak arsip Tapi dari dokumentasi Teater Mandiri tidak ditemukan banyak arsip (dalam pengertian umum) yang masih tersimpan. Sebab perangkat pementasan kami (prop, set) memang tidak dibuat untuk disimpan," Bebernya.

Putu mengaku tak pernah menyediakan gudang untuk menyimpan properti panggung Teater Mandiri."Karena kami tak punya gudang. Disamping bahannya sering daur ulang dari sampah." katanya.

Baca juga : Butet Takut Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Jika Prabowo Jadi Presiden

"Misalnya bekas spanduk untuk kostum dalam pementasan GERR (1980 di Tester Tertutup TIM).Keranjang ayam untuk set langit runtuh yang banyak tai dan busuk (1984 Teater Tertutup TIM). Barang-barang yang diambil dari kotak sampah warga di Tokyo (2000, The Coffin is too Big for the Hole)," ungkap dia.

Putu mengungkap arsip Teater Mandiri bukan dalam bentuk barang."Arsip Teater Mandiri lebih merupakan jalan pikiran, konsep atau reinterpretasi. Antara lain: Bertolak Dari Yang Ada; Teror Mental; Pertunjukan sebagai Tontonan Yang Mengandung Tuntunan; Tontonan kami bukan representasi/copy/tiruan kehidupan nyata, tapi refleksinya. Properti kami "fake"/palsu, karena dibuat oleh para pemain sendiri, bentuknya kadang tak karuan. Tapi bagi kami tak penting. Karena penonton pasti mengerti setelah difungsikan dengan tepat akurat oleh pemain. Karena itu, kami tidak terobsesi untuk meyakinkan penonton apa yang terjadi di panggung itu persis kejadian sebenarnya. Target kami kebenaran dalam perasaan penontonlah yang terpenting," tukasnya.

Baca juga : Butet: Satu satu Aku Sayang Ibu, Jutaan Jokower Ditipu Tampilan Lugu!

Pentas Teater Mandiri berjudul AUM (Devi Puspitasari)

 


"Kami di Teater Mandiri tidak hanya memposisikan penonton sebagai tamu yang harus disuguh, dihibur dan disenangkan. Kami mengundangnya untuk ikut aktif terlibat mencipta dalam imajinasinya. Apalagi hampir seluruh tontonan kami menyebarkan teror mental untuk mengajak, mengecoh, mengganggu penonton agar berkenan sekali lagi mempertimbangkan keputusannya. Bukan untuk menyeretnya membalik langkahnya, tapi sekadar untuk meyakinkan yang
bersangkutan pada keputusannya sendiri," tutup Putu.