Jadi Orang Terakhir yang Ngaku Skenario Sambo, Ini Alasan Kuat Ma`ruf

Jakarta, law-justice.co - Kuat Ma`ruf mengaku menjadi orang terakhir yang akui soal tembak-menembak menewaskan Brigadir N Yosua Hutabarat (Brigadir J) cuma skenario Ferdy Sambo belaka.

Kuat beralasan dia tidak mau jadi pengkhianat.

Baca juga : Ini Alasan FIFA Gelar Pertandingan Indonesia vs Guinea U-23 Tertutup

Hal itu disampaikan Kuat saat diperiksa sebagai terdakwa dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat.

Jaksa awalnya bertanya soal momen Ferdy Sambo meneleponnya untuk berkata jujur kepada penyidik.

Baca juga : Luhut Akui Masih Ada Masalah Lahan di IKN, Ini Sebabnya

"Tadi kan Anda bilang ditelepon sama Ferdy Sambo untuk mengaku. Kenapa Saudara sampai harus ditelepon oleh Ferdy Sambo?" tanya jaksa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (9/1/2023).

"Suruh mengaku," jawab Kuat.

Baca juga : JK Akui Diminta Hamas Jadi Mediator Damai dengan Israel

"Iya, kenapa? Memangnya apa yang ditanyakan penyidik sampai Anda tidak mau menjawab itu kenapa?" tanya jaksa.

"Saya takut lah, gimana sih," ucap Kuat Ma`ruf.

"Takut apa?" timpal jaksa.

"Takut sama Bapak (Ferdy Sambo)," jawab Kuat.

Sebagai informasi, Kuat Ma`ruf merupakan sopir keluarga Ferdy Sambo. Dia ikut didakwa terlibat dalam pembunuhan berencana kepada Brigadir Yosua.

Kuat merupakan orang terakhir yang mengaku soal skenario tembak menembak bikinan Sambo.

Kuat mengetahui dua ajudan Sambo, Bripka Ricky Rizal dan Bharada Richard Eliezer, telah berkata jujur kepada penyidik soal skenario tembak-menembak di rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga yang ternyata fiktif.

"Pada saat itu apakah Saudara tahu Saudara orang terakhir yang tidak mengakui? Yang lainnya udah pada ngaku nih?" tanya jaksa.

"Betul," jawab Kuat.

"Sudah diberitahukan kepada penyidik?" tanya jaksa.

"Sudah diberitahukan," timpal Kuat.

"Tetap nggak ngaku?" tanya jaksa.

"Nggak ngaku," ucap Kuat.

"Kuat banget ya. Sesuai namanya ya, memegang janji?" kata jaksa.

"Ya intinya saya nggak mau jadi orang penghianat," balas Kuat.

Jaksa lalu meminta Kuat Ma`ruf berkata jujur. Dia ditanya soal perasaannya saat diminta mendukung skenario tembak-menembak yang dirancang Sambo untuk menutupi kematian Yosua.

"Terdakwa kan sejak awal memberikan cerita bohong yang Saudara bilang bahwa skenario awal adanya tembak-tembakan. Saudara juga diarahkan oleh saksi Ferdy Sambo untuk memberikan keterangan yang pada intinya korban menembak lebih dahulu kepada Richard dan Richard membalas sehingga terjadi tembak menembak dan korban Yosua meninggal. Di dalam lubuk hati Saudara apakah saudara sempat merasakan bersalah untuk mendukung cerita yang tidak benar tersebut?" tanya jaksa.

"Saya berat sekali. Karena pikiran saya gini ini nyawa orang kok kayak gini," ujar Kuat.