Netizen `Tampar` Ferdy Sambo: Pemimpin Karbitan Mudah Terlena Kuasa

Jakarta, law-justice.co - Salah satu ucapan Cecep Preman Pensiun viral karena dinilai netizen sama dengan sosok Ferdy Sambo saat ini.


Ucapan itu salah satunya diposting di akun Sendok Panas.

Baca juga : Polisi Bantah Supir Viral Pakai Rotator Kombes di Densus 88

Di akun tersebut, suara Cecep Preman Pensiun yang menyebut soal pemimpin karbitan menampilkan wajah Ferdy Sambo sewaktu masih menjabat perwira menengah polri.

Dalam video itu terlihat Ferdy Sambo berdiri di belakang Kapolri saat itu Jenderal Idham Azis.

Baca juga : Netizen Marah, Cerezo Tak Mau Lepas Hubner ke Timnas Indonesia U-23

Sesekali Ferdy Sambo nampak melirik ke arah kanan dan kirinya saat mendampingi Kapolri berbicara.


Adapun Ucapan Cecep Preman Pensiun yang viral yakni kala bekas anak buah Kang Mus itu menyebut soal pemimpin karbitan.

Baca juga : Korporasi Milik Rekan Ferdy Sambo Diduga Terlibat Korupsi Timah

"Dia pegang kekuasaan karena situasi bukan karena layak dan ga lewat proses pematangan secara alami.

Pemimpin karbitan, pemimpin yang ga punya jiwa pemimpin.


Dia terjerat masalah yang dia bikin sendiri," ujar salah satu dialog dari Cecep Preman Pensiun yang kemudian disandingkan dengan sosok Ferdy Sambo.

Oleh netizen, ucapan Cecep Preman Pensiun itu dirasa pas untuk menyindir Ferdy Sambo.

Hal itu mengingat Ferdy Sambo merupakan salah satu polisi muda yang karirnya meroket cepat.

Ferdy Sambo bahkan sempat memegang rekor sebagai jenderal polisi bintang dua termuda.

Dia pun melangkahi sejumlah seniornya hingga akhirnya menjabat sebagai Kadiv Propam Polri sebelum kemudian tersangkut kasus pembunuhan Brigadir J.


Ucapan Cecep di Preman Pensiun

Adapun dialog Cecep Preman Pensiun yang viral itu adalah ketika dia sedang mengomentari sosok Bubun.

Bubun adalah bekas anak buah Gobang di terminal yang kemudian secara otomatis naik menjadi pemimpin karena para seniornya memutuskan pensiun.

Bubun yang sebenarnya masih anak bau kencur itu kemudian terlena dengan kekuasaan hingga akhirnya terkena getahnya dengan mendekam di penjara.

 

Soal Isu Kakak Asuh di Kasus Ferdy Sambo

Sementara itu, Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto, berbicara lebih jauh tentang kakak dan adik asuh yang sudah menjadi kultur di Polri.

Menurut Bambang, analisa eks penasihat Kapolri, Prof. Muradi soal adanya kakak dan adik asuh Ferdy Sambo yang mengintervensi kasus hingga penyidikan lambat rampung masuk akal.

"Kemungkinan itu sangat besar sekali ya karena pengaruh adik asuh dan kakak asuh ini sudah menjadi kultur sejak jadi Akpol (Akademi Kepolisian)," kata Bambang di program yang sama.

Bambang mengatakan, kultur kakak dan adik asuh yang berawal dari Akpol itu pada akhirnya terbawa sampai ke urusan promosi jabatan hingga pangkat.

Menurut Bambang, Polri saat ini tidak menjalankan merit system dengan baik.

"Kemudian berkembang saat sudah bertugas. Ini juga terkait dengan pola promosi di internal. Karena tidak ada merit system yang bisa berjalan dengan bagus."

"Peraturan terkait merit system itu ada tapi di lapangan tidak berjalan," kata Bambang tegas.

Bambang mengungkapkan, sistem kepangkatan dan jabatan di Polri saat ini berbeda dengan setidaknya 10 tahun lalu.

Bambang mencontohkan pada masa Komjen Ito Sumardi masih menjabat Kabareskrim 2009-2011, perwira polisi yang ingin mendapatkan bintang dua atau tiga harus memiliki pengalaman yang cukup.

Menurutnya, hal itu tidak terjadi saat ini yang menurutnya siapa saja bisa mendapatkan jabatan dan pangkat yang tinggi meskipun belum memiliki cukup pengalaman.

"Saya ingat di jaman Pak Ito untuk menjadi bintang tiga misalnya atau bintang dua yang memiliki jabatan penting, itu harus sebelumnya pernah menjadi Kapolda tipe B berapa kali, Kapolda tipe A, seperti itu."

"Tetapi di era sekarang ini tidak terjadi. Tiba-tiba promosi itu meluncur begitu saja, sesaorang yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman yang luas dengan usia yang muda tiba-tiba lompat menduduki jabatan strategis," ujarnya.

Bambang menilai sistem kepangkatan yang tidak didasari kapabilitas dan pengalaman akan mengakibatkan arogansi dalam menjabat.

"Akibatnya apa, mereka tidak memiliki kebikakan dan kedewasaan berpikir dan pengalaman yang luas. Sehingga muncul arogansi-arogansi," ujarnya.

Bambang juga membahas soal kultur kakak adik asuh yang orientasinya cenderung demi kepentingan pragmatis semata.

Bahkan, hubungan kakak dan adik asuh juga dimanfaatkan untuk berkomplot meraih uang.

"Hubungan kakak asuh dengan adik asuh itu memang sangat bagus, ada kedekatan, perintah bisa sehat."

"Tapi di lapangan ini hanya hubungan pragmatis, mengejar promosi jabatan atau kepentingan di luar kerja."

"Seperti yang menjadi sorotan kemarin soal gaya hidup hedon, mereka bergabung bersatu untukkepentingan pragmatis untuk mengumpulkan pundi-pundi," kata Bambang.