Sebut Dunia Sedang Bergejolak, BI: Ekonomi Tengah Turun Menuju Resesi

Jakarta, law-justice.co - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa saat ini dunia sedang bergejolak akibat lonjakan inflasi dan ancaman resesi ekonomi yang mengintai beberapa negara.

"Dunia sedang bergejolak, ekonomi dunia tengah menurun menuju stagflasi atau resesi di berbagai negara," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, Rabu (10/8).

Baca juga : Ini Alasan FIFA Gelar Pertandingan Indonesia vs Guinea U-23 Tertutup

Kata dia, harga pangan dan energi melonjak di pasar global. Hal ini karena perang Rusia-Ukraina.

"Kedua negara itu merupakan pemasok 20 persen energi dan pangan global, itu kenapa harga pangan global naik tinggi," ujar Perry.

Baca juga : Luhut Akui Masih Ada Masalah Lahan di IKN, Ini Sebabnya

Belum lagi bank sentral di sejumlah negara telah mengerek suku bunga acuan, sehingga menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, Perry mengatakan inflasi pangan di Indonesia sudah tembus 10,47 persen. Padahal, inflasi pangan idealnya maksimal 5 persen-6 persen.

Baca juga : JK Akui Diminta Hamas Jadi Mediator Damai dengan Israel

"Inflasi pangan masalah perut, masalah rakyat, dan itu langsung menyangkut kesejahteraan, bukan hanya masalah ekonomi saja tapi masalah sosial juga," terang Perry.

Maka dari itu, dia menekankan inflasi pangan harus ditekan menjadi maksimal 6 persen. Jika masih di level 10 persen, artinya daya beli masyarakat terancam turun.

"Turunkan inflasi pangan dari 10,47 persen itu dampak sosialnya besar, menyejahterakan rakyat," kata Perry.

Dia mengatakan salah satu upaya yang harus dilakukan untuk menekan inflasi pangan adalah operasi pasar.

Namun, beberapa pimpinan daerah masih ragu menggunakan APBD untuk operasi pasar karena belum ada kepastian hukum.

"Insya Allah di pusat sedang koordinasikan supaya provinsi bisa gunakan anggaran daerah lakukan operasi pasar, karena ada masalah kepastian hukum jadi bupati wali kota ada yang takut menggunakan anggaran untuk operasi pasar," tutup Perry.