Efek Samping Berbahaya, BPOM AS Batasi Vaksin Johnson & Johnson

New York, Amerika Serikat, law-justice.co - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) membatasi penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson untuk kelompok usia 18 tahun ke atas. Hal ini dilakukan karena adanya temuan kasus pembekuan darah langka.


Dikutip dari laman AP News, Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA Dr Peter Marks mengatakan badan tersebut memutuskan untuk membatasi vaksin setelah melihat kembali data tentang risiko pembekuan darah yang mengancam jiwa dan menyimpulkan bahwa kasus ini terbatas pada vaksin Johnson and Johnson.

Baca juga : Perhatian, Ini Daftar 19 Barang Bawaan dari Luar Negeri yang Dibatasi

Dr Peter mengatakan kasus ini terjadi pada dua minggu pertama setelah vaksinasi.

Pada pertengahan Maret, ilmuwan FDA mengidentifikasi 60 kasus efek samping, termasuk sembilan yang berakibat fatal atau sekitar 3,23 kasus pembekuan darah per 1 juta suntikan J&J. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita di bawah 50, di mana tingkat kematian kira-kira 1 per juta suntikan.

Baca juga : MK Resmi Tak Terima Gugatan Anggota DPR, DPD, DPRD Dibatasi 2 Periode

Di bawah instruksi FDA yang baru, vaksin Johnson and Johnson masih dapat diberikan kepada orang-orang yang memiliki reaksi alergi parah terhadap vaksin lain dan tidak dapat menerima dosis tambahan.

Vaksin Johnson and Johnson juga bisa menjadi pilihan bagi orang yang menolak menerima vaksin mRNA dari Pfizer dan Moderna, dan oleh karena itu akan tetap tidak divaksinasi, kata badan tersebut.

Baca juga : FDA Minta Vaksinasi Covid-19 Diusulkan Setiap Tahun