Jadi Orang Terkaya di Singapura, Li Xiting Kaya Raya di Tengah Corona

Jakarta, law-justice.co - Jika membicarakan hidup seorang Li Xiting, bisa jadi serupa dengan novel bertajuk `Sengsara Membawa Nikmat.`

Pasalnya, di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi covid-19 yang dihadapi banyak orang di dunia karena kehilangan pekerjaan, harta orang terkaya Singapura itu malah makin gemuk.

Baca juga : Pandemi Covid-19 Resmi Berakhir, Jokowi: Indonesia Masuk Endemi

Seperti melansir cnnindonesia.com, kekayaan Li menyentuh US$20,5 miliar atau setara Rp292,12 triliun (kurs Rp14.250 per dolar AS) per Jumat (26/11).

Kekayaannya melonjak karena lonjakan saham Mindray, perusahaan perangkat medis berteknologi tinggi yang didirikan oleh Li bersama dua sejawatnya, yakni Xu Hang dan Cheng Minghe.

Baca juga : Ini Deretan Perusahaan yang PHK Karyawan di Indonesia Sejak Awal 2023

Saham perusahaan melompat lantaran tingginya permintaan ventilator yang diproduksi Mindray. Sontak, kekayaan Li berlipat-lipat bertambah sebesar US$1 miliar setiap bulan selama pandemi covid-19. Kekayaannya bahkan sempat menyentuh US$22 miliar pada April 2021.

Bagaimana awal kisah orang terkaya nomor wahid di Singapura tersebut?

Baca juga : Diwaspadai WHO Jadi Pandemi Baru, `Disease X` Diduga dari Virus Zombie

Li lahir pada 1951 silam di Dangshan County, sebuah desa di Anhui, China. Ia mengenyam pendidikan tinggi dari Universitas Sains dan Teknologi China dengan gelar sarjana fisika.

Pada periode 1976-1987, Li bekerja sebagai peneliti yang membantu sarjana di institut di Wuhan, China. Ia juga sempat menjadi dosen tamu di Universitas Paris, Prancis, pada awal 1980an.

Awalnya ia hanya lah pekerja di perusahaan teknologi tinggi Anke Shenzhen, perusahaan milik negara yang sebagian didirikan oleh CAS.

Perusahaan ini boleh dibilang menjadi pengembang perangkat medis rumahan pertama di China dan berhasil meluncurkan pemindai magnetic resonance imaging (MRI) perdananya pada 1989.

Baru lah pada 1991, ia mendirikan Mindray. Perusahaan besutan bersama dua koleganya tersebut mendapatkan kontrak pertamanya untuk peralatan medis senilai 360 ribu yuan.

Dari sana, Mindray terus berkembang menjadi perusahaan yang memproduksi alat-alat medis berteknologi tinggi. Pada 2006, perusahaan sudah terdaftar di New York Stock Exchange, dan berhasil mengumpulkan dana segar hingga US$270 juta.

Selama pandemi covid-19, Desember 2019 hingga saat ini, Mindray telah menciptakan ventilator yang menjadi alat medis paling diburu di era pandemi covid-19. Tidak heran, dompetnya semakin tebal.

Li sangat menutup kehidupan pribadinya. Tidak ada informasi keluarga dan anak-anaknya. Ia pun sudah menjadi warga negara Singapura, namun tidak diketahui sejak kapan.

Pada 2020 lalu, pria berusia 70 tahun itu masih bertengger menjadi orang terkaya kedua di negeri jiran, tetapi tahun ini ia sudah merangkak ke urutan pertama orang terkaya Singapura mengungguli Eduardo Saverin, Goh Cheng Liang, dan Zhang Yong & Shu Ping.

Di dunia, ia menjadi orang terkaya ke-82 dan menjadi terkaya ke-19 di tanah kelahirannya, China.