Tagih Janji Luhut Atasi Covid, PKS Sentil soal Pencitraan

Jakarta, law-justice.co - PKS Bukhori Yusuf menagih janji Koordinator PPKM Darurat Luhut Binsar Panjaitan soal pandemi Covid-19 akan membaik dalam waktu 4 hingga 5 hari.

Pasalnya, kata dia, di saat bersamaan, adanya penambahan kasus kematian sebanyak 1.092 kasus, sehingga mengakibatkan total pasien Covid-19 yang meninggal dunia sebanyak 72.489.

Baca juga : Aji Santoso : Timnas Indonesia Disebut Bisa Bungkam Uzbekistan

"Berapa banyak nyawa lagi yang harus terkorbankan hanya demi pencitraan,” kata Bukhori lewat keterangan persnya, Rabu (4/9/2021).

Usai diumumkannya perpanjangan PPKM, Bukhori menilai kebijakan tersebut sebagai hal yang tidak bisa dielakan, mengingat upaya penanganan pandemi oleh pemerintah sejauh ini dinilai masih jauh dari harapan.

Baca juga : Meski Gencatan Senjata, G20 : Tak Ada Konsensus Solusi 2 Negara

Ada tiga indikator utama yang disoroti Anggota DPR RI ini, yakni kecepatan vaksinasi, pelaksanaan 3T, dan angka kematian.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 30 Juli 2021, dari target 208 juta peserta vaksinasi nasional, yang berhasil dicapai pemerintah baru 46,8 juta atau 22,47 persen jumlah peserta vaksinasi Covid-19 dosis pertama.

Baca juga : Usai Dihujat Netizen, Menkeu Minta Ditjen Bea Cukai Berbenah

Sementara untuk dosis kedua baru tercapai 20,1 juta atau 9,67 persen.

Bukhori juga menyarankan agar pemerintah mempercepat vaksinasi dengan memasifkan sentra vaksinasi berbasis RT/RW.

“Sebab jika cara ini tetap dipertahankan, saya khawatir keberadaan sentra vaksinasi akan menimbulkan klaster baru dan menjadi kontraproduktif,” ujarnya.

Kedua, soal 3T. Menurutnya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, tracing atau pelacakan kontak erat sejauh ini baru berkisar 3-5 orang per satu orang positif.

Akan tetapi, hal berbeda justru disampaikan oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang menyebutkan angka pelacakan masih 1 banding 1, atau satu orang pasien Covid-19 hanya dilakukan pelacakan terhadap satu orang kontak erat.

Fakta demikian menunjukan langkah tracing di Indonesia masih jauh dari standar acuan WHO yang merekomendasikan pelacakan dilakukan terhadap 30 orang yang berkontak erat dengan satu orang yang berkontak erat dengan satu orang yang terkonfirmasi positif Covid-19," ungkapnya.

Ia juga menyoroti kasus kematian di Indonesia akibat Covid-19 masih tinggi. Menurut Bukhori, Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan angka kematian harian akibat Covid-19 menembus 1.568 kasus per 2 Agustus 2021.

"Angka korban jiwa yang terus berjatuhan tidak bisa dilihat sebagai angka statistik semata. Setiap satu nyawa yang hilang adalah memori bagi setiap orang yang mengenalnya. Dan mirisnya, kematian ini juga menimpa para tenaga kesehatan," katanya.

Bukhori pun mendesak pemerintah memperbaiki catatan yang dinilai masih kurang dalam penanganan pandemi. Ia meminta pemerintah mengurangi program atau kebijakan yang tak ada urgensinya.