Supriyanto M

Ironi Para Miliarder di Jalur Gaza

Jakarta, law-justice.co - Palestina bukanlah Indonesia, dengan para pemimpin pejuang yang hidup dengan kesederhanaan di awal kemerdekaannya.

Bung Karno bahkan tak punya uang buat menyambut lebaran, sehingga harus melelang pecinya atas saran Menlu Roeslan Abdulgani.

Baca juga : Satelit China ini Ungkap Kehancuran Gaza Lampaui Nagasaki

Bung Hatta hanya menyimpan iklan sepatu `Bally` di lipatan buku dan tak terbeli hingga akhir hayatnya. Mohammad Natsir mengenakan jas tambalan saat sudah jadi Menteri Penerangan.

Hingga akhir hayatnya tak ada tanda tanda mereka - tokoh pendiri republik kita tercinta - meninggalkan banyak harta.

Baca juga : DPR RI Tolak Normalisasi Indonesia-Israel

Korupsi dan penyimpangan dilakukan oleh penggantinya, Suharto di era Orde Baru. Sehingga mendapat predikat pemimpin paling korup di dunia!

Sedangkan Palestina belum lagi menjadi negeri yang aman dan merdeka, masih terjajah - dan terus bertikai dengan Israel - para pemimpinnya telah menjadi miliarder bahkan triliuner.

Baca juga : Hajar Inggris 5-0, Tim Thomas Indonesia Berada di Puncak Klasemen

Saat Anda menyumbang rupiah demi rupiah karena iba melihat anak anak Palestina bersimbah darah dan terlunta lunta, sekelompok elite Palestina tampil megah dengan setelan jas terbaik, naik jet pribadi dan masing masingnya memiliki aset ratusan miliar bahkan triliunan. Dan aman di pengasingan.

Kekayaan elite Palestina yang kita bantu setiap tahun dan setiap saat ada serangan Israel - melebihi kekayaan semua pemimpin Indonesia. (Kecuali Suharto).

Khaled Mashaal, kepala sayap politik Hamas, yang giat melawan Israel kini, dikabarkan memiliki kekayaan $ 2,6 miliar atau setara Rp.36 triliun!

Tapi, saat ini, Abu Marzouk adalah salah satu miliarder utama di Hamas. Kekayaannya kini berkisar $ 2-3 miliar (Rp.30 - Rp. 45 triliun)” kata Elad.

Hamas adalah singkatan dari "Harakat al-Muqawama al-Islamiya" atau Gerakan Perlawanan Islam.

Hamas merupakan faksi militan yang tidak mau mengakui eksistensi Israel sama sekali dan memilih perjuangan senjata. Karena sikapnya ini, Hamas dijauhi oleh negara-negara yang terlibat perundingan damai dalam konflik Timur Tengah.

Makalah Pan-Arab London, Asharq al Awsat, yang dianggap sebagai outlet media yang andal, baru-baru ini memuat berita yang mengatakan ada 600 jutawan di Gaza. Jutawan dollar maksudnya.

Ada 4,6 juta warga Palestina yang sebagiannya kini sedang jadi tameng hidup yang sewaktu waktu ada hantaman roket, bom, serangan udara dan senjata mematikan lainnya dari pihak yang bertikai. Di seberang sana 9,05 juta warga Israel yang juga terancam setiap saat. Tidak aman.

Seandainya sesama keturunan anak anak Nabi Ibrahim itu mau berdamai maka mereka menjadi negara klas menengah dengan rakyat yang sangat sejahtera. Bantuan dari rakyat Indonesia tidak diperlukan!

INI ADALAH cerita tentang "Miliarder Miliarder di Jalur Gaza" dan bagaimana para pemimpin Hamas menjadi kaya dengan cepat. Yang dimaksud miliarder adalah dalam kurs dollar sehingga jatuhnya triliuner bila dirupiahkan.

Memang menjadi teka-teki : bagaimana taipan baru ini, yang tumbuh di kamp pengungsian dan yang mengibarkan diri sebagai pdejuang dan membantu rakyat Palestina, bisa menjadi kaya raya dalam waktu sesingkat itu.

Menurut Dr. Moshe Elad, pakar Timur Tengah dari Western Galilee Academic College, kebanyakan pendiri Hamas adalah pengungsi atau keturunan langsung pengungsi. “Beberapa dari mereka lahir dari perkawinan beda antara orang Mesir dan Gaza, tanpa uang sama sekali".

Pada awalnya Hamas dibentuk militer Israel, yang mendanai Asosiasi Islam di Gaza, dalam upaya untuk mengimbangi kelompok Fatah dan PLO (Jasser Arafat).

Namun kemudian membelot setelah mendapat bohir lain, memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan Israel dan mencari pendanaan di tempat lain. Dari sanalah, kekayaan fenomenal mereka mulai tumbuh.

Guyuran uang itu, kata Elad, berasal dari beberapa sumber.

“Sumbangan keluarga orang yang meninggal, uang sedekah, `zakat` dan sumbangan dari berbagai negara. Ini dimulai dengan Suriah, Arab Saudi, lalu Iran, salah satu sponsor utama, dan berakhir dengan Qatar yang hari ini telah menggantikan Iran, " ungkapnya kepada surat kabar keuangan Israel, `Globes`.

Ada juga kampanye untuk mengumpulkan uang di AS. Ada Moussa Abu Marzouk, yang mengumpulkan dana dari orang-orang Muslim kaya di Amerika.

Seiring waktu ia membangun konglomerat dari 10 operasi keuangan yang memberikan pinjaman dan melakukan investasi.

Pada tahun 1995, AS menangkap Abu Marzouk karena kegiatannya mendukung terorisme dan setelah dua tahun di penjara, dia dideportasi tanpa pengadilan. Tapi dia bisa mengamankan simpanan uangnya.

“Orang ini sudah bernilai jutaan pada tahun 1997, ketika dia diusir (dari AS), " kata Elad. Entah bagaimana, dia berhasil lolos dari IRS (Internal Revenue Service / dinas pajak) dan diadili atas pelanggarannya.

Pejabat senior lainnya yang berubah menjadi taipan teror adalah Khaled Mashaal, kepala sayap politik Hamas.

"Perkiraan global mengatakan Mashaal bernilai $ 2,6 miliar," tetapi komentator Arab, dengan sumber lain, mengatakan kekayaannya antara 2 dan 5 miliar, "diinvestasikan di bank Mesir dan negara-negara Teluk, beberapa di proyek real estat."

Berikutnya dalam daftar miliarder Gaza adalah Ismail Haniyeh, Perdana Menteri Palestina yang menandatangani kesepakatan persatuan antara Hamas dan Fatah.

“Kekayaannya diperkirakan mencapai 4 juta dolar (setara Rp.56 miliar), dan sebagian besar asetnya terdaftar atas nama menantunya Nabil, dan selusin anak dari pejabat Hamas-nya yang kurang dikenal,” kata Elad.

Menurut Elad, Ayman Taha, seorang pejabat tingkat menengah, “lahir dalam kemiskinan terpencil di kamp pengungsi El Buraj, tetapi baru-baru ini membangun sebuah rumah seharga setidaknya satu juta dolar".

Ayman Taha bertanggung jawab mengkoordinasikan operasi Hamas di dalam dan di luar Jalur Gaza dan bahkan bukan anggota senior, tapi dia sudah menjadi anggota klub jutawan.

Sebagian besar uang mereka berasal dari sumbangan yang disalahgunakan ke Jalur Gaza, karena setiap dolar melewati jalur Hamas.

Elad menilai penyelundupan barang melalui terowongan menghasilkan ratusan juta setahun dan mereka yang mengendalikan menjadi kaya di sepanjang jalan.

Ada beberapa ratus jutawan di Gaza dan akan ada ratusan lagi jika penyelundupan terus berlanjut. Orang yang menarik perhatian di Mesir adalah Khirat el Shatr, yang merupakan nomor 2 dalam Ikhwanul Muslimin.

Hubungannya dengan Hamas diduga didasarkan pada pandangan agama yang sama, "tetapi pada dasarnya ini adalah bisnis yang berkembang pesat, dengan pendapatan jutaan (dollar)."

Ikhwanul Muslimin (IM) adalah kelompok perlawanan yang kini terlarang di Mesir dn negara Arab lain yang melahirkan PKS di Indonesia.

BAGAIMANA pejabat Otoritas Palestina yang korup mengumpukan kekayaannya? Elad menjelaskan : setiap muatan mobil yang diselundupkan melalui terowongan dikenai pajak dengan jumlah tetap sebesar $ 2000 dan tambahan 25% dari nilai barang.

Antara Juni 2007 dan 2010 bisnis penyelundupan terowongan menghasilkan $ 800 juta.

Hamas juga mengenakan pajak kepada semua pedagang di Gaza, mulai dari pengecer mobil hingga penjual buah dan sayuran. Hamas juga mengambil alih tanah dan kemudian menjualnya kembali untuk mendapatkan keuntungan.

Hamas juga diduga menerbitkan nama-nama fiktif karyawan kepada sponsor di luar negeri dan kemudian meraup gaji mereka dan membagikannya kepada beberapa anggota senior.

Korupsi di Hamas, kata Elad, tidak hanya merajalela tapi juga ekstrovert. “Yang unik dari para pemimpin Palestina selama bertahun-tahun adalah moto `Cepat Kaya`. Pemimpin tidak punya rasa malu. Mereka mengambil alih industri penting seperti komunikasi dan bensin segera setelah mereka mengambil kendali.

Dalam masyarakat Barat, Anda juga melihat orang-orang memperoleh kekayaan dengan cepat dan korup, tetapi di sana biasanya dilakukan secara halus dengan amplop uang tunai dan bentuk penyuapan yang rumit yang tidak mudah dilacak.

Tapi orang Palestina akan berkata di depan Anda: "Saya ingin menjadi kaya"

Salah satu misteri perang saat ini di Gaza dapat dilihat dalam foto-foto yang keluar dari kantong kecil itu: di satu sisi, ada lingkungan yang sunyi dan kumuh di mana ratusan ribu warga Gaza tinggal.

Di sisi lain, gambar rumah para petinggi Hamas, lengkap dengan peralatan gym dan furnitur mewah, atau gambar suite hotel bintang lima tempat mereka menginap.

Pikirkan. Tolong pikirkan lagi - jika Anda mau menyumbang uang Anda ke Palestina. Boleh jadi pengemis di perempatan - atau tetangga sekitar Anda - lebih memerlukan ketimbang warga Palestina.