Ini Penyebabnya 1.262 Orang Di Secapa TNI AD Bandung Positif Corona

Jakarta, law-justice.co - Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono membeberkan penyebab kenapa Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat (Secapa TNI AD) menjadi klaster penularan virus corona (Covid-19).

Menurut dia, lingkungan tertutup seperti di Secapa TNI AD membuat interaksi antarorang lebih intens. Oleh karenanya kata dia, transmisi virus pun terpusat pada satu titik wilayah.

Baca juga : Soal Prabowo dan Gaza Solidarity Encampment

Dia menyayangkan pihak Secapa TNI AD tidak mengantisipasi persebaran virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Sebagai informasi, sebanyak 1.262 siswa dan pelatih pusat pendidikan calon perwira di Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, positif Covid-19.

Baca juga : Aniaya Sopir Taksi di Bali, WNA Australia Dideportasi

“Itu lingkungan tertutup, jadi begini orang yang tinggal secara bersama-sama di zaman pandemi ini potensial menjadi klaster. Kalau ada satu atau dua orang saja pembawa virus akan merebak cepat" ujarnya seperti melansir solopos.com, Jumat 10 Juli 2020 kemarin.

Kata dia, sedari awal protokol kesehatan terkait masyarakat yang berada di dalam asrama tidak diperhatikan secara serius.

Baca juga : Polisi Imbau Waspada Michat usai 2 PSK Bali Mati Dibunuh dalam Sepekan

“Sayangnya kita tidak mengantisipasi, itu kesalahan Secapa AD sendiri tidak ada protokol kesehatan sama sekali,” ujarnya.

Sebelumnya, sebanyak 1.262 siswa dan pelatih Pusat Pendidikan Secapa TNI AD di Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, positif Covid-19.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menuturkan penambahan kasus signifikan dari klaster Secapa AD merupakan hasil penyelidikan epidemiologi. Penyelidikan itu dilakukan sejak 29 Juni lalu.

“Yang kita dapatkan keseluruhan kasus positif dari klaster ini sebanyak 1.262 orang. Ini terdiri dari peserta didik dan beberapa tenaga pelatih yang ada di sana,” kata Yuri saat memberi keterangan pers di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Kamis 9 Juli 2020 lalu.