Tolak Negosiasi, Iran Siap Jadi Musuh Bebuyutan Amerika Serikat

law-justice.co - Pemerintah Iran dipastikan tidak akan melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS), bahkan Iran menyatakan bakal jadi musuh bubuyutan dengan AS.

Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada hari Minggu, menggambarkan kedua negara sebagai musuh bebuyutan pada malam ulang tahun ke–40 penyitaan kedutaan besar AS di Teheran .

Baca juga : Usung Ahok-Kaesang di Jakarta, PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI

“Salah satu cara untuk memblokir infiltrasi politik Amerika adalah dengan melarang pembicaraan dengan Amerika. Ini berarti Iran tidak akan menyerah pada tekanan Amerika," kata Khamenei, yang merupakan otoritas tertinggi Iran, dikutip oleh TV pemerintah.

"Mereka yang percaya bahwa negosiasi dengan musuh akan menyelesaikan masalah kita adalah 100% salah," lanjutnya.

Baca juga : Sri Mulyani Sebut Penyebab Dolar AS Tembus Rp 16.000

Melansir dari Sindonews, Hubungan antara kedua musuh telah mencapai krisis selama setahun terakhir setelah Presiden AS Donald Trump meninggalkan pakta 2015 antara Iran dan kekuatan dunia di mana Teheran menerima pembatasan pada program nuklirnya dengan imbalan mencabut sanksi.

Washington telah menerapkan kembali sanksi yang bertujuan untuk menghentikan semua ekspor minyak Iran, dengan mengatakan pihaknya berusaha untuk memaksa Iran untuk bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan yang lebih luas. Khamenei telah melarang pejabat Iran mengadakan pembicaraan seperti itu kecuali Amerika Serikat kembali ke perjanjian nuklir dan mencabut semua sanksi.

Baca juga : Ini Alasan Israel-AS Panik ICC Akan Rilis Perintah Tangkap Netanyahu?

Peringatan perebutan kedutaan besar AS tidak lama setelah Revolusi Islam 1979 Iran ditandai di Iran dengan demonstrasi tahunan kerumunan meneriakkan "Matilah Amerika" di seluruh negeri.

Penangkapan kedutaan itu memperkuat permusuhan antara kedua negara yang tetap menjadi fakta sentral dalam geopolitik Timur Tengah dan bagian penting dari ideologi nasional Iran. Iran, yang menuduh Amerika Serikat mendukung kebijakan brutal Shah yang digulingkan, menahan 52 orang Amerika selama 444 hari di kedutaan, yang disebutnya Den of Spies.

"AS. tidak berubah sejak beberapa dekade yang lalu. AS terus melakukan perilaku agresif, kejam, dan kediktatoran internasional yang sama," kata Khamenei.

"Iran memiliki keinginan yang kuat. Itu tidak akan membiarkan Amerika kembali ke Iran," lanjutnya.

Sekutu–sekutu Eropa Washington telah menentang keputusan pemerintahan Trump untuk meninggalkan pakta nuklir. Iran menanggapi sanksi A.S. dengan secara bertahap mengurangi komitmennya di bawah perjanjian nuklir dan mengatakan mereka dapat mengambil langkah lebih lanjut pada bulan November.

Khamenei mencaci maki Presiden Prancis Emmanuel Macron karena berusaha mempromosikan pembicaraan di antara para musuh. Macron mencoba mengatur pertemuan yang gagal antara Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani di sela–sela Sidang Umum AS di New York pada bulan September.

"Presiden Prancis, yang mengatakan pertemuan akan mengakhiri semua masalah antara Teheran dan Amerika, adalah naif atau terlibat dengan Amerika," kata Khamenei dalam sambutannya yang dilaporkan oleh televisi pemerintah.