Pemberontak Berlakukan Larangan Terbang dari Libya ke Turki

law-justice.co -  Pasukan pemberontak di Libya Timur yang setia kepada Panglima Khalifa Haftar melarang penerbangan-penerbangan komersial dari Libya ke Turki dan kapal Turki dari bersandar di dermaga di negara itu, kata Ahmed Mismari juru bicaranya pada Jumat (28/6).

Turki mendukung pemerintahan Libya yang diakui internasional di Tripoli yang pada Rabu memukul pasukan timur untuk merebut ibu kota dalam operasi yang berlangsung tiga bulan.

Baca juga : Demo Buruh di Turki Rusuh, Puluhan Buruh Ditangkap Polisi

Pesawat yang tiba dari Turki dan berusaha mendarat di Ibu Kota Tripoli akan diperlakukan sebagai musuh, kata Mismari, dan juga berlaku kepada kapal-kapal Turki yang sandar di pelabuhan-pelabuhan Libya.

Dia juga mengatakan pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) akan menyerang kehadiran militer Turki, tanpa memberikan penjelasan lebih jauh.

Baca juga : Hamas Siapkan Jebakan Jika Israel Menyerang Rafah

Turki telah memasok pesawat-pesawat nirawak (drone) dan truk-truk untuk pasukan yang bersekutu dengan Perdana Menteri Tripoli Fayez al-Serraj, sedangkan LNA telah menerima dukungan dari Uni Emirat Arab dan Mesir, kata sejumlah diplomat.

LNA, yang bersekutu dengan sebuah pemerintahan di bagian timur Libya, telah gagal menguasai Tripoli tetapi memiliki kemampuan di udara. Beberapa kali kelompok itu menyerang bandar udara Tripoli untuk beroperasi.

Baca juga : Amerika Umumkan Bantuan Militer Hampir Rp100 T untuk Ukraina

Mismari juga mengatakan pasukannya telah kehilangan 43 prajurit dalam pertempuran untuk merebut kota Gharyan yang dikuasai pasukan Tripoli pada Rabu.

Gharyan merupakan pangkalan utama bagi LNA, tempat dari sana tentara, senjata dan amunisi tiba. Sebagaimana yang dilansir dari Antara, LNA memulai kampanyenya terhadap Tripoli di sana. LNA masih menguasai Kota Tarhouna di sebelah tenggara Tripoli, posisi utama keduanya dalam kampanye itu.

Haftar dan para pendukungnya mengatakan mereka berusaha membebaskan ibu kota Libya dari milisi yang mereka salahkan karena membuat Libya tidak stabil sejak kejatuhan Muammar Ghaddafi dalam pergolakan dukungan NATO tahun 2011.

Para pengecam Haftar menudingnya berusaha merebut kekuasaan melalui kekuatan dan memperdalam konflik antara faksi-faksi di negara itu yang berkedudukan di timur dan barat Libya yang terletak di Afrika Utara.