Disebut Bikin Jokowi dan Oligarki Takut,

Anies Bisa Halangi Dua Hal Ini Jika Kembali Jadi Gubernur Jakarta

Jakarta, law-justice.co - Pengamat Politik, Rocky Gerung mengungkapkan dua hal yang bisa dihalangi calon presiden (capres) nomor urut satu Anies Baswedan jika kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta, sehingga upaya untuk menghalanginya mencapai posisi tersebut lebih besar dari sebelumnya.

Menurut Rocky Gerung, jika menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berpotensi menghalangi operasi oligarki melalui kebijakannya, pun demikian dengan cawe-cawe Presiden Joko Widodo (Jokowi), tapi selain itu, posisi tersebut juga akan memuluskan langkahnya untuk Pilpres 2029.

Baca juga : Pasca Helikopter Jatuh, Presiden Iran Ebrahim Raisi Dilaporkan Tewas

"Karena itu saya terangkan tadi bahwa pasti Anies akan dihalangi bahkan lebih besar sebetulnya, karena ini bukan sekedar potensi Anies untuk pergi ke 2029, tapi potensi Anies untuk menghalangi operasi oligarki dan potensi Anies untuk menghalangi Jokowi masih cewe-cawe untuk menyelendupkan Gibran melalui APBN APBD Jakarta misalnya kan," ungkapnya, dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Selasa (7/5).

Sementara sebelumnya, dalam dialog Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Kamis (18/4/2024), Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan bahwa Ridwan Kamil menempati posisi elektoral tertinggi untuk Pilkada DKI Jakarta, lalu disusul Anies Baswedan.

Baca juga : Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho ke Bareskrim Polri, Ini Masalahnya

“Dinamika elektoral itu tidak statis, sekarang yang paling tinggi namanya Ridwan Kamil, tapi selisihnya tidak jauh sama Mas Anies dalam margin of error,” ucap Burhanuddin, dikutip dari Kompas TV.

Dia mengatakan dinamika elektoral untuk Pilkada DKI Jakarta sangat tinggi, pasalnya pada peringkat pertama hingga kesembilan dalam survei perolehan angka yang didapat masing-masing calon tidak terlampau jauh.

Baca juga : Simak, Ini Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan

“Kita mendapati satu fenomena di mana Jakarta itu dinamika elektoralnya sangat tinggi, peringkat pertama, kedua hingga peringkat ke-9 itu selisihnya tidak terlalu jauh,” kata Burhanuddin.

“Jadi masih membuka pintu buat siapapun, karena proses nominasi masih berlangsung hingga bulan Agustus, masih jauh dan yang menarik partai-partai di Jakarta juga tidak ada yang sangat dominan (di Pemilu 2024).”