Dianggap Pangkostrad Karena Orang-Nya Jokowi, Begini Jawaban Maruli

Jakarta, law-justice.co - Pangdam IX/Udayana Mayor Jenderal TNI Maruli Simanjuntak tak mempermasalahkan ketika penunjukan dirinya sebagai Pangkostrad dianggap karena dekat dengan Presiden Jokowi.


Diketahui, Maruli juga merupakan menantu dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Baca juga : Tentara AL Tembak 2 Warga di Makassar, 1 Korban Tewas

"Iya, apa salah kalau saya dekat? Yang ngangkat saya bukan saya sendiri. Jadi, saya terus terang (secara) pribadi, saya tahu persis Presiden (Jokowi) itu bagaimana bekerjanya, kebetulan saya bertahun-tahun dengan beliau," kata Jendral Maruli kepada wartawan di Media Center Korem 163/WSA di Denpasar, Bali, Senin (24/1/2022).


Maruli menegaskan bahwa dirinya tak pernah meminta jabatan meski punya hubungan dekat dengan lingkaran Istana Kepresidenan. Selama ini, ia hanya menjalankan tugas dan perintah yang diberikan.

Baca juga : OPM Klaim Tembak Mati 4 Anggota TNI-Polri & Bakar Sekolah di Enarotali

"Jadi, saya sama sekali tidak ada satu kata pun mau jadi apa. Saya dikasih di Pangdam Udayana saya tidak tau dulu. Mau jadi Pangkostrad pun saya tidak tau dulu, saya tidak pernah terucap untuk mengatakan itu, jadi kalau ada tanggapan begitu iya silakan saja. Saya bekerja saja," imbuhnya.

Maruli menjelaskan bahwa jabatan Pangkostrad memiliki tanggung jawab yang tinggi. Dia sendiri mengaku sudah kerasan dan nyaman selama menjadi Pangdam IX/Udayana di Bali.

Baca juga : Ada 3.454 Aparat Gabungan Akan Kawal Aksi Hari Buruh 1 Mei di Jakarta

"Saya pikir juga kenapa mesti menginginkan satu tanggung jawab tinggi-tinggi, tanggung jawabnya besar, mengerjakan-mengerjakan seperti itu," kata Maruli.

"Saya harus melalui lagi, menata dan segala macam. Saya, kalau pribadi enak di Bali bisa sunset, kemarin lima hari sunset saya hilang kan rugi," sambungnya.

Mengenai pihak-pihak yang menganggap dirinya dipilih menjadi Pangkostrad karena menantu Luhut dan dekat dengan Jokowi, Maruli berharap agar melihat dengan baik.

Menurutnya, pengamat atau akademisi perlu melihat riwayat karir seseorang sebelum mengaitkannya dengan tokoh politik.

"Kalau orang menganggap seperti itu, kalau saran saya kalau mau jadi pengamat amatilah dengan baik, bagaimana track recordnya, sehingga kalau berbicara enak. Tapi, kalau dari jauh mengamatinya oh yasudahlah itu memang dekat," kata Maruli.

"Jadi, saran saya itu diamati track record-nya, ini anak bagaimana ini, atau mungkin survei banyak di anggotanya bagaimana, dia bikin apa, dia bagaimana. Jadi, itu baru namanya pengamat," ujarnya.