Diungkap Eks Intelijen Saudi, Putra Mahkota MBS Disebut Mau Bunuh Raja

Jakarta, law-justice.co - Informasi mengejutkan soal Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) diungkap oleh seorang mantan pejabat keamanan senior Arab Saudi.

MBS disebut pernah berbicara soal pembunuhan seorang Raja Saudi yang masih aktif menjabat sebelum ayahnya, Raja Salman, berkuasa.

Baca juga : Raja Salman Serukan Dunia Menghentikan Kebrutalan Israel

Seorang mantan pejabat intelijen Saudi, Saad Aljabri, baru-baru ini mengungkap informasi mengejutkan ketika diwawancara di sebuah program televisi CBS.

Aljabri mengatakan, MBS pernah membual pada 2014 bahwa ia memiliki "cincin racun dari Rusia" yang bisa membunuh Raja Abdullah.

Baca juga : Israel Bombardir Warga Gaza Lagi Antre Makan, Raja Salman Ngamuk!

Ketika itu Raja Abdullah tengah berkuasa di Arab Saudi. Kemudian pada awal 2015, Raja Abdullah meninggal dunia, digantikan oleh Raja Salman yang merupakan ayah MBS.

Sementara dua tahun setelahnya, MBS sendiri menjadi pewaris takhta dan penguasa de-facto.

Baca juga : Anies Baswedan Pastikan Pergi Ibadah Haji atas Undangan Raja Salman

Aljabri diketahui merupakan tangan kanan mantan putra mahkota Pangeran Muhammad bin Nayef, yang saat ini menjabat sebagai menteri dalam negeri. Nayef sendiri merupakan sepupu yang lebih tua dan saingan dari MBS.

Di bawah kekuasaan Nayef, Aljabri menjabat sebagai penghubung utama antara dinas intelijen Saudi dan Barat, terutama setelah serangan teror September 2001 di AS.

Mantan wakil direktur Central Intelligence Agency (CIA) Michael Morell, mengatakan Aljabri menyelamatkan banyak nyawa orang Saudi dan Amerika dalam peran intelijennya sebelumnya.

Tetapi ketika MBS mendapatkan kekuasaan, Aljabri pergi ke Kanada, tempat ia mengasingkan diri.

Pada 2020, Aljabri mengajukan gugatan federal di Washington, menuduh MBS mengerahkan operasi di AS untuk melacaknya dan mengirim tim untuk membunuhnya. Itu terjadi beberapa pekan setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Aljabri menyebut MBS ingin membunuhnya karena takut dengan informasi yang ia miliki.

"Saya pikir akan terbunuh suatu hari nanti karena orang ini tidak akan beristirahat sampai dia melihat saya mati," ujarnya kepada CBS.

Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Saudi menyebut Aljabri merupakan mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan dengan "sejarah panjang mengarang" dan menciptakan gangguan untuk menyembunyikan kejahatan keuangan yang diduga dilakukannya.