DKI Jakarta disebut menjadi provinsi dengan jumlah kasus varian virus corona (Covid-19) yang tergolong `Variant of Concern` (VoC) terbanyak di Indonesia.
Saat ini, Subvarian Omicron BA.2 dominan di seluruh dunia dan mendorong lonjakan di banyak negara di Eropa dan Asia, serta meningkatkan kekhawatiran atas potensi gelombang baru di Amerika Serikat.
Baru-baru ini, Perusahaan farmasi AstraZeneca menemukan satu obat terapi yang mampu melawan virus Covid-19, termasuk varian Omicron dan sub-varian BA.2 yang sangat menular.
Jutaan orang di berbagai provinsi di China harus mengalami penguncian (lockdown) hingga Minggu (13/3/2022) waktu setempat. Hal itu tak lepas dari kenaikan kasus Covid-19 menjadi hampir 3.400.
Untuk kesekian kalinya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membawa kabar kurang sedap mengenai kemunculan varian baru Covid-19. Kini muncul BA.3, subvarian baru dari virus corona varian Omicron.
Yang terbaru, ditemukan bahwa gejala Covid-19 dapat terjadi muncul terjadi pada malam hari saat tidur, ini dapat ditandai dengan keringat malam.
Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah merilis pedoman terbaru yang menyebutkan bahwa pasien Covid-19 varian Omicron tidak boleh diberikan obat terapi antibodi Casirivimab dan Imdevimab.
Varian terbaru dari virus Corona adalah Omicron. Kini banyak orang yang terinfeksi Covid akibat varian tesebut. Namun, belum banyak orang yang mengenal ciri-ciri dari serangan varian tersebut ketika terinfeksi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria meminta masyarakat waspada adanya peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta.
Sakit kepala sebenarnya bukan gejala baru Covid-19 varian Omicron. CDC mencatat sakit kepala sebagai salah satu gejala yang kerap dialami pasien Covid-19 selain demam, batuk, sesak napas, kelelahan, nyeri otot, anosmia, sakit tenggorokan, pilek, mual dan muntah, serta diare.