“Perkiraan saya 2024 utang akan menjadi Rp. 10.000 triliun atau penambahan rata-rata sejak 2014 Rp 750 triliun per tahun,” tuturnya lewat akun Twitter pribadi, Selasa (23/3).
Hingga akhir triwulan IV-2020, utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$ 417,5 miliar atau setara Rp 5.845 triliun (kurs Rp 14.000). Bank Indonesia (BI) menyebut angka itu tumbuh 3,5% dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy).
"Jumlah utang tidak seimbang dengan kesejahteraan rakyat. Utang tidak bisa apa-apa. Utang hanya mencegah (indikator kesejateraan rakyat) tidak turun dalam," ungkap Tauhid.
“Suka tidak suka, Pak Jokowi ada benarnya juga. Kalau kata dia, RI lebih baik dibanding negara lain (9 negara, red). Iya nggak sih?” sindirnya.
Bank Dunia (World Bank) memasukkan Indonesia dalam daftar 10 negara dengan utang luar negeri (ULN) terbesar di deretan negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hal tersebut membuat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) buka suara.
Dalam laporan tersebut, hutang luar negeri Indonesia pada tahun 2019 tercatat mencapai USD 402,08 miliar. Jika ditukar dengan nilai rupiah, maka hutang Indonesia saat ini mencapai Rp 5.940 triliun.
Hingga akhir Juli 2020, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sudah mencapai 409,7 miliar dolar AS atau setara Rp6.082 triliun. Meski begitu, pertumbuhan utang tersebut mengalami pelambatan.
"Kalau mau jujur bernarasi, sebetulnya bapak utang luar negeri Indonesia adalah Presiden Soeharto. Presiden-presiden berikutnya hanya meneruskan menambah utang sambil membayar cicilan dan bunga utang," kicaunya di Twitter.
"Dahulu Presiden yang mengendalikan Negara, sekarang Uang yg disetujui Presiden. Negara Bangkrut. Tanda Kuasa Uang Dunia Genggam, Indonesia Tergadai. Butuh Perubahan," kicaunya.
Dia memastikan, setidaknya ada lima lembaga luar negeri yang memberikan pinjaman ini seperti Asian Development Bank (ADB), Badan Pembangunan Perancis (AFD), Bank Pembangunan Jerman (KfW), dan Japan International Cooperation Agency (JICA) serta World Bank (WB).