Berdasar hukum internasional ini Indonesia mengancam akan melaporkan China ke pengadilan internasional
Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa menegaskan bahwa lembaganya bakal mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk menjaga keamanan di Laut China Selatan.
Forum Cinta Tanah Air mendesak Pemerintah China untuk menghentikan upaya intervensi di Laut Natuna Utara (LNU). Hal itu disampaikan mereka setelah beberapa waktu lalu China melakukan protes dan meminta Indonesia untuk menghentikan eksplorasi minyak di LNU. Selain itu berdasarkan berita Reuters, China juga memprotes latihan perang bersama TNI-AD dan milter Amerika Serikat (AS), bertajuk Garuda Shield XV, yangdigelar 1-14 Agustus 2021.
Kerugian NKRI ini akan bertambah besar jika cadangan migas Blok Natuna Timur (Blok NT, d/h: Natuna D-Alpha) dicaplok China. Di samping ingin mengamankan jalur sutra (ekonomi dan perdagangan), tampaknya China terus menarget penguasaan Blok NT.
Sebuah kapal riset berbendera China, Hai Yang Di Zhi 10 dilaporkan hingga saat ini masih beraktivitas di Laut Natuna Utara. Kapal itu telah berada di perairan Indonesia sejak akhir Agustus lalu.
Diam-diam kapal survei China masuk kawasan ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara dengan manuver zig-zag. Kala China yang terdeteksi sebagai kapal Haiyang Dizhi Shihao 10, diduga sedang riset cadangan minyak dan gas di wilayah tersebut.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon membongkar dugaan maksud jahat China di Laut Natuna Utara. Kemunculan sejumlah kapal perang China direspons anggota DPR itu.
Dengan berat mencapai 7.500 ton, kapal perusak Kunming 172 memiliki kemampuan menghancurkan kapal induk. Ada dua senjata utama yang sangat menakutkan yang dimiliki kapal perusak ini.
Soal konflik Laut China Selatan, media asal Australia, News.com.au, baru-baru ini menyoroti Indonesia yang disebutnya mulai terseret dalam konflik. Dilansir Intisari.id, Selasa, (22/9/2020) News.com.au mengatakan, Indonesia dalam kondisi siaga tinggi setelah China menyengolnya dengan lakukan aksi provokasi.
Menyikapi konflik yang terjadi antara China dan Amerika Serikat (AS) yang memanas di Laut Natuna Utara, Indonesia langsung menempatkan empat KRI dari jenis fregat dan korvet (kapal anti kapal selam). Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwon mengatakan sebagai negara yang wilayahnya yang berada di kawasan konflik, sudah sewajarnya pemerintah Indonesia mengambil langkah mengamankan wilayah perairan Natuna Utara. “Kita tempatkan 4 KRI, 2 jenis fregat dan 2 jenis korvet, adapun tugas mereka adalah melakukan penegakan kedaulatan hukum, masih banyak kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah kedaulatan kita,” katanya dikutip Antara, Jumat, (19/6).