Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI (purn) Sutiyoso akhirnya merespon aksi Pangdam Jaya Dudung Abdurachman yang memerintahkan anak buahnya untuk mencopot baliho Habib Rizieq Syihab. Menurutnya, apa yang dilakukan TNI itu kurang tepat, karena tugas itu masih bis dilakukan oleh satpol PP.
"Baliho itu kan ada perda-nya. Tempatnya di mana, ukuran mana, pajak berapa, itu kan tidak bisa sembarangan. Gitu kan. Nah, kalau itu salah ya diturunkan. Diturunkan, dipasangkan lagi, ya turunkan lagi. Itu sudah cukup Satpol PP," kata Bang Yos.
"Tidak ada (perintah) pencopotan baliho kalau di Mabes. Itu kebijakan Panglima Kodam jaya sendiri, karena melihat situasi di lapangan," ujar Riad.
"TNI beraninya lawan masyarakat civilians," kata Sebby.
"Sejarah akan mencatat, pasukan elit (TNI) yang dilatih khusus dan dengan persenjataan canggih, tentunya habiskan anggaran besar, tapi ditugasi mncopot baliho, pekerjaan harian Satpol PP," ujar Gde Siriana.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya angkat bicara soal anggota TNI yang ikut mencopot baliho Habib Rizieq Syihab di Jakarta. Dalam pernyataannya Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas lebih menyoroti tugas TNI.
Anggota TNI yang ikut mencabut baliho Habib Rizieq Syihab mnejadi perbincangan publik saat ini. Ada yang mendukung namun ada juga yang menolaknya. Menurut anggota Komisi I DPR RI Willy Aditya, tidak ideal bila anggota TNI turut menertibkan baliho.
Aksi pencopotan baliho Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab oleh Tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polisi, dan Satpol PP didukung oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran. Irjen Fadil yang menggantikan Irjen Nana Sudjana itu mendukung penuh perintah dari Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman.
Aksi pencopotan baliho Hbaib Rizieq Syihab oleh anggota TNI tak diterima oleh Persaudaraan Alumni atau PA 212. Mereka pun sangat menyayangkannya, karena aksi tersebut telah melukai hati rakyat.