Cara komunikasi pemerintah dari awal sudah salah yakni mengunakan pemotongan atau penghematan anggaran. Pernyataan tersebut dipandang oleh pasar sebagai pernyataan krisis atau resesi.
Prinsip “right or wrong my country” tidak selalu benar, belajar yang baik kepada negeri lain kadang perlu juga. Tentu untuk memperbaiki hal-hal kurang di negeri sendiri.
Beberapa hari terakhir ini, masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, terlihat sedang antri panjang di pangkalan dan agen gas melon untuk mendapatkan LPG 3 kg. Dari pelosok desa hingga kota-kota kecil, masyarakat rela mengantre sejak pagi, bahkan sebelum toko buka, demi mendapatkan tabung gas bersubsidi yang kian langka.
Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2024 menandai pergeseran signifikan dalam kebijakan luar negeri negara tersebut. Amerika Serikat tampaknya sedang bertransisi menuju era multipolarisme, di mana dominasi tunggalnya sebagai pemimpin global mulai berkurang, dengan fokus kebijakan yang lebih menitikberatkan pada kepentingan domestik dan hubungan bilateral yang pragmatis.
Dalam melihat perkembangan situasi politik akhir-akhir ini, kita dibuat tercengang dengan adanya perubahan mendadak Tata Tertib (Tatib) DPR yang menuai kontroversi yang dapat dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap parlemen.
Kasus Elpiji 3 Kg yang melibatkan Bahlil Lahadalia adalah kulminasi dari bututnya Menteri ESDM Prabowo mantan Menteri Investasi Jokowi tersebut.
Geser dulu isu kejahatan HAM yang membekap masa lalunya. Tunda dulu polemik kecurangan dan manipulasi Pilpres 2024 yang berkorelasi dengannya.
Setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa penjualan LPG 3 kg lewat pengecer atau warung bakal dilarang mulai 1 Februari 2025, terjadi goncangan di Masyarakat kecil, karena untuk mendapatkan gas melon tersebut harus antri dan bertambah sulit.
Lepas tangan itu yang kita bayangkan saat ini pada status Proyek Strategis Nasional (PSN) Pantai Indah Kapuk (PIK) 2.
Bahlil, menteri ESDM, yang fotonya dulu beredar dengan Whisky Yamazaki seharga kisaran Rp 30 juta atau Rp. 300 juta, kembali menuai kritik di media sosial karena membuat rakyat mengantre mengular gas melon 3 kg, yang bahkan menimbulkan korban jiwa.