Ungkap Sisi Lain dari Dirinya, Moeldoko:Saya Seorang yang Liar

Selasa, 15/12/2020 20:06 WIB
Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Moeldoko yang mengaku seorang yang liar (beritasatu)

Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Moeldoko yang mengaku seorang yang liar (beritasatu)

Jakarta, law-justice.co - Nama Jenderal TNI (purn) Moeldoko kerap dikaitkan dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Pasalnya, saat ini dia tengah menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi, yakni sebagai Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) setelah sebelumnya menjabat sebagai Menko Polhukam.

Namun, jika kembali ke belakang, perjalanan Moeldoko hingga menjadi seperti saat ini tidaklah mudah. Dia bahkan pernah menjadi yang terbaik.

Sepanjang 34 tahun kariernya bersama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Moeldoko menghabiskan sebagian besar hidupnya di kesatuan tempur. Merasa dirinya adalah orang lapangan, ternyata pria asli Kediri itu sempat tak senang saat ditunjuk menjadi pejabat yang kerap duduk di belakang meja.

Menurut situs resmi TNI Angkatan Darat, Moeldoko merupakan peraih penghargaan Adhi Makayasa setelah lulus dari Akademi Militer (Akmil) dengan predikat terbaik pada 1981. Setelah lulus, Moeldoko tergabung di satuan tempur Batalyon Lintas Udara 700/Wira Yuda Cakti.

Kariernya terus melesat, setelah pada 2006 Moeldoko dipercaya menjabat sebagai Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 141/Toddopuli. Setelah itu, Moeldoko juga pernah menduduki posisi strategis di TNI Angkatan Darat semisal Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) I/Kostrad, Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII/Tanjungpura, dan Pangdam III/Siliwangi pada 2010.

Nama Moeldoko terus menanjak, setelah pada 2013 ia ditunjuk sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad), menggantikan posisi Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. Puncaknya, Moeldoko ditunjuk menjadi Panglima TNI, menggantikan posisi Laksamana TNI Agus Suhartono.

Dari sekian banyak tugas yang pernah diembannya, Moeldoko ternyata pernah merasa tak nyaman saat ditunjuk menjadi Sekretaris Pribadi (Sespri) Jenderal TNI (Purn.) Wiranto dan Jenderal TNI (Purn.) Abdullah Mahmud Hendropriyono.

"Waktu itu sebenarnya tidak cocok jadi Sespri. Saya adalah orang lapangan, seseorang yang liar, suka menghadapi hal-hal sulit. Kalau menghadapi hal-hal yang rutin saya tidak suka. Menjadi Sespri adalah pekerjaan yang menyiksa bagi saya. Bisa dibayangkan kalau orang yang sukanya di lapangan harus duduk," ujar Moeldoko.

"Saya sama sekali bukan tipe manusia yang suka duduk di belakang meja. Saya orang liar yang suka menghadapi situasi yang sulit," katanya.

Meski demikian, Moeldoko tetap merasa mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran dari Wiranto dan Hendropriyono. Terutama dalam bidang intelijen, Moeldoko mengaku banyak belajar dari sosok seorang Hendropriyono dan justru menjadi warna dalam kehidupan karier militernya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar