Ada Teror Kepala Kambing Untuk KIPP Jatim di Pilwalkot Surabaya

Jum'at, 11/12/2020 17:47 WIB
Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jatim, Novli Bernado Thyssen (Ngopibareng.id)

Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jatim, Novli Bernado Thyssen (Ngopibareng.id)

Surabaya, Jawa Timur, law-justice.co - Quick count Charta Politika Indonesia menunjukkan Eri-Armuji meraih 56,5 persen. Unggul dari Machfud-Mujiaman yang hanya memperoleh 43,5 persen suara.

Dalam Pilkada 2020, pertarungan di Kota Surabaya termasuk yang berjalan sengit dibanding daerah lainnya. Saling sindir, tuding hingga teror kepala kambing pernah terjadi.

Kubu Eri-Armuji pernah menuding Machfud Arifin melakukan pecah belah hingga membuat sejumlah kader PDIP membelot. Para kader enggan mendukung Eri-Armuji, lalu bergabung dengan kubu Machfud-Mujiaman.

"MA (Machfud Arifin) telah melakukan politik devide et impera ala kolonialisme Belanda," kata Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat pada 19 November lalu.

Sejumlah kader dan simpatisan lawas PDIP membelot menolak keputusan partainya mengusung Eri-Armuji Mereka lebih ingin Whisnu Sakti Buana yang menjadi calon wali kota.

Kader PDIP yang membelot itu antara lain Kakak Whisnu Sakti, Jagad Hariseno, kader sepuh PDIP Surabaya, Mat Mochtar dan ratusan kader lawas lainya yang tergabung dalam Banteng Ketaton. Belakangan, Mat Mochtar dipecat dari partai berlambang banteng tersebut.

Machfud membantah melakukan praktik pecah belah. Dia lalu meminta PDIP untuk introspeksi dan memperhatikan aspirasi kader.

"Jangan ada satu rumah tangga yang rusak, terus kami dituduh-tuduh," kata Machfud.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat terseret dalam eskalasi tinggi pertarungan antara Eri-Armuji versus Machfud-Mujiaman.

Sejumlah orang meneriakkan yel `hancurkan Risma` dan terekam dalam sebuah video lalu tersebar di media sosial.

"Hancur, hancur, hancurkan Risma, hancurkan Risma sekarang juga. Hancur, hancur, hancurkan Risma, hancurkan Risma sekarang juga," teriak mereka.

Sejumlah orang dalam video itu nampak mengenakan atribut kaus warna-warni bergambar Machfud-Mujiaman, terlihat juga Mat Mochtar, kader senior PDIP yang dipecat karena menolak mendukung Eri-Armuji dan sejumlah orang relawan Banteng Ketaton.

Mat Mochtar mengatakan bahwa yel itu adalah luapan kekecewaan dirinya kepada Risma, karena dinilai telah mempengaruhi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar memberikan rekomendasi kepada tokoh nonpartai, Eri Cahyadi, di Pilkada Surabaya.

Putra Risma, Fuad Bernardi mengaku sedih dan kecewa menyusul beredarnya video sekelompok orang tengah meneriakan yel-yel `hancurkan Risma`.

"Kalau konteksnya untuk Pilkada kenapa sampai melakukan seperti itu [membawa-bawa nama Risma]. Padahal Ibu tidak maju lagi," kata dia.

Teror Kepala Kambing

Jelang hari pencoblosan 9 Desember, Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jatim, Novli Bernado Thyssen, mendapatkan teror dari orang tak dikenal. Ia dikirimi kepala kambing dan sepucuk surat bernada ancaman pembunuhan, Senin (7/12) dini hari.

Ia tak mau berasumsi dan menuduh pihak manapun. Novli hanya menduga peristiwa ini dilakukan oleh orang yang tak suka kepadanya, lantaran ia kerap kritis dan melaporkan pelanggaran di Pilkada Surabaya 2020.

"Kejadiannya saat mama saya mau menyalakan air, pukul 04.30 WIB. Ternyata ada bungkusan di teras. Saat dilihat ternyata ada kepala kambing, lalu kemudian ada pesan di dalam kertas," kata Novli saat dikonfirmasi.

"Saya sih tidak mau menuduh siapa-siapa. Mungkin karena saya terlalu vokal dalam melaporkan dugaan pelanggaran di Pilkada Surabaya 2020 ini," tambahnya.

Novli pun melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Surabaya untuk mendapatkan tindak lanjut. Laporan itu sendiri telah diterima dengan nomor LP-b/127/XII/RES.18./2020/RESKRIM SPKT Polrestabes Surabaya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar