Gara-gara Posisinya Usai Meninggal, Jenazah Orang Ini Ditolak Gereja

Jum'at, 04/12/2020 22:25 WIB
Jenazah ditolak gereja karena duduk di kursi, tak dimasukan ke dalam peti mati (Tribunnews)

Jenazah ditolak gereja karena duduk di kursi, tak dimasukan ke dalam peti mati (Tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Kejadian unik sekaligus miris terjadi Kota Trinidad dan Tobago di mana jenazah seorang yang telah meninggal dunia ditolak oleh gereja. Pasalnya, posisi jenazah saat tiba di gereja tidak dalam posisi terbaring, tetapi sedang duduk di sebuah kursi.

Melansir The Sun, Jumat (4/12/2020) Pemakaman Che Lewis (29) dan ayahnya Adlay Lewis (54) seharusnya berlangsung pada 25 November. Jasad Che kemudian dibawa ke gereja namun tidak dalam kondisi terbaring di peti namun dalam posisi duduk di atas kursi setelah tubuhnya dibalsem

Prosesi pemakaman yang aneh tersebut melewati ibu kota Trinidad dan Tobago, Port of Spain, dalam perjalanan ke upacara di Gereja St John the Evangelist di kota Diego Martin. Mengenakan celana panjang putih dan jas merah muda, Che dilaporkan ditolak masuk ke gereja oleh anggota staf yang heran dengan apa yang mereka lihat.

Pada video dan gambar yang beredar menunjukkan jenazah yang meninggal akibat pembunuhan tersebut duduk di kursi di area yang tertutup. Banyak pelayat yang awalnya tidak menyadari bahwa orang duduk tersebut adalah Che, mereka berasumsi dia adalah bagian dari prosesi.

Beberapa pengunjung pemakaman bahkan dikatakan telah mencaci-maki pria tak bernyawa itu karena tidak memakai masker. Pemakaman tersebut disiarkan secara online dan menarik banyak perhatian, meskipun beberapa penonton juga tidak menyadari bahwa Che adalah orang di kursi itu.

Beberapa video perjalanan terakhirnya diposting ke media sosial, saat dua pria duduk di samping kursi memainkan musik, banyak yang berkomentar itu adalah "bukti bahwa Trinidad bukanlah tempat yang aman".

Sedangkan ayah Che ditempatkan di dalam peti mati oleh keluarga, tidak seperti Che yang ditempatkan di Rumah Duka Dennie.

"Setiap kehidupan itu unik, oleh karena itu setiap pemakaman harus unik," bunyi slogan yang terpasang di dekat jasad Che, meskipun akhirnya ditempatkan di peti mati untuk dimakamkan.

"Keluarga yang memintanya, tetapi itu adalah sesuatu yang kami miliki di daftar keinginan kami untuk melakukannya ketika permintaan itu datang, itu tidak asing bagi kami karena kami mengetahui pemakaman seperti itu di luar negeri." ujar Dennie selaku petugas pemanakaman.

"Kami meminta dia selama tiga hari untuk memantau bagaimana dia melakukannya di kursi sebelum kami mempublikasikannya," katanya.

Cara tersebut dikenal sebagai pembalseman ekstrem, di mana jasad diawetkan dengan menyuntikkan cairan kimiawi yang membuatnya benar-benar kaku. Pembalseman ekstrem dikatakan berasal dari Puerto Rico pada tahun 2008 untuk memberikan almarhum lebih banyak waktu penghormatan.

Permintaan untuk pembalseman tersebut terus meningkat, orang membayar sekitar 2.000 poundsterling (Rp 38 juta) agar orang yang mereka cintai seolah bangkit lagi. Mayat kemudian dipaksa ke posisinya dengan beberapa metode yang sangat mengerikan, seperti kaki mereka dipaku ke lantai atau tiang dipasang di belakang leher mereka-dan bahkan anggota tubuh mereka dipisahkan.

Petugas polisi Brent Batson mengatakan kepada outlet media lokal Trinidad Express: "Kami kecewa dengan perilaku sembrono yang dilakukan oleh Rumah Duka Dennie.

"Membawa orang dengan cara yang berbahaya adalah pelanggaran dengan hukuman 750 poundsterling dan polisi akan melanjutkan penyelidikan atas perilaku perusahaan pemakaman di jalan." jelasnya.

Para pendeta Katolik setempat juga mengecam aksi tersebut sebagai tindakan yang "tidak sopan", dan menyarankan paroki sekarang akan meminta rincian lengkap tentang pemakaman di masa depan.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar