Tegaskan Tak Berontak ke Pemerintah, Tapi Ini Permintaan Habib Rizieq

Rabu, 02/12/2020 18:49 WIB
Imam Besar FPI Rizieq Syihab ngaku tak berniat berontak terhadap pemerintahan Jokowi (Ist)

Imam Besar FPI Rizieq Syihab ngaku tak berniat berontak terhadap pemerintahan Jokowi (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Habib Rizieq Syihab menegaskan tak pernah berniat untuk melawan pemeirntahan yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dia mengatakan, hal itu berdasarkan ajaran gurunya yang tidak pernah meminta untuk melakukan aksi makar.

Namun, kata Imam Besar FPI itu, pemeberontakan bis dilakukan jika pemerintahan itu melakukan kesalahan besar berupa pembunuhan massal atau genosida kepada umat Islam. Dan mengenai hal itu, kata dia tidak terjadi di Indonesia.

Meski begitu, dia meminta pemerintah agar siap dikritik oleh masyarakat jika kebijakannya tak sesuai dengan kemakmuran rakyat. Pun demikian dengan gerakan Revolusi Akhlak. Dia meminta masyarakat tidak salah paham paham dengan konsep Revolusi Akhlak.

Lewat pidatonya dalam Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh dalam peringatan Reuni 212 di siaran Front TV, Rabu (2/12/2020), Habib Rizieq menegaskan Revolusi Akhlak itu bukan revolusi berdarah maupun bersenjata, sama sekali tidak demikian.

“Jangan ada dengar kata Revolusi Ahlak itu revolusi bersenjata, itu ngak betul. Kami ini dididik guru kami dengan ahlusunnah wal jamaah, kita tak boleh melakukan pemberontakan pemerintahan sah, kalau sudah dinyatakan pemerintah itu sah, lepas suka tidak suka, adil tidak adil, kita harus akui itu ini tetap pemerintahan,” kata Habib Rizieq.

Malahan Habib Rizieq melarang pemberontakan kepada pemerintahan yang sah saat ini. Sebab bagi Habib Rizieq, saat ini tak ada alasan untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan Jokowi.

“Tak boleh kita lakukan pemberontakan, kecuali dalam ulama ada umat Islam dibantai, genoside, itu boleh dalam konteks bela diri. Itu dibenarkan hukum agama dan internasional,” ujarnya.

Selain itu, Habib Rizieq mengatakan salah bila orang menganggap Revolusi Akhlak itu adalah revolusi untuk pemberontakan, bukan juga revolusi berdarah.

“Saya ingatkan Revolusi Akhlak digambakan ini revolusi berdarah, revolusi makar, revolusi pemberontakan, revolusi jatuhkan pemerintah sah, wah..nggak gitu. Kita selalu buka diri, rekonsiliasi, ayo sama-sama duduk saling memperbaiki,” katanya.

Habib Rizieq mengatakan dia akan objektif dengan kebijakan pemerintahan, yang baik bakal diapresiasi dan yang jelek kebijakan tak populer wajib dikritisi. Jangan tuli dan buta dengan kritik dari oposisi.

“Mengkritik pemerintahan sah itu bukan makar, bukan pemberontakan. Ini perlu dijelaskan, nggak ada niatan (makar pada pemerintahan) kita ini ahlusunnah wal jamaah,” katanya.

Habib Rizieq menyadari diri bukan orang suci, dia bisa terkena kesalahan. Makanya dia terbuka dengan dialog dan rekonsiliasi.

“Nggak ada yang maksum di antara kita, kita-kita ini ada kesalahan kelalaian, kita saling koreksi. Ini bagian dari Revolusi Akhlak supaya menjadi jelas,” tutup Habib Rizieq.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar