Laporan Bocor, NATO Siap Hadapi Tantangan Kebangkitan Militer China

Selasa, 01/12/2020 11:18 WIB
Milter China terus berlatih untuk berperang lawan tiga negara (Tribunnews)

Milter China terus berlatih untuk berperang lawan tiga negara (Tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Pakta Pertahanan Atlantik Utara alias NATO disarankan harus berpikir lebih keras soal bagaimana menangani China dan kebangkitan militernya, meski Rusia akan tetap menjadi musuh utamanya.

Begitu bocoran laporan yang disebut-sebut akan diterbitkan pada hari Selasa (1/12) tentang reformasi NATO.

Seperti melansir rmol.id, laporan yang disebut dengan "NATO 2030" itu disiapkan oleh sekelompok yang disebut "orang bijak". Di dalamnya, berisi 138 proposal.

Laporan ini muncul di tengah keraguan yang berkembang tentang tujuan dan relevansi NATO yang pada tahun lalu dicap oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron pada tahun lalu sebagai "mati otak".

"China bukan lagi mitra dagang yang ramah seperti yang diharapkan Barat. Ini adalah kekuatan yang meningkat di abad kita dan NATO harus beradaptasi," kata seorang diplomat NATO yang telah melihat laporan itu, menunjuk pada aktivitas China di Kutub Utara dan Afrika dan investasi besar di infrastruktur Eropa.

Bocoran laporan yang sama menyebutkan bahwa NATO juga harus mempertahankan keunggulan teknologi atas China, serta melindungi jaringan dan infrastruktur komputer.

Dalam bocoran laporan yang sama, disebutkan bahwa aliansi beranggotakan 30 orang itu juga dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dengan negara-negara non-NATO seperti Australia dan lebih fokus pada pencegahan di luar angkasa, tempat China mengembangkan aset.

Meski demikian, perlu digarisbawahi bahwa belum tentu semua proposal yang tertuang dalam laporan itu akan diadopsi pada akhirnya.

Jelang publikasi laporan tersebut, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa kebangkitan China menimbulkan tantangan penting bagi keamanan NATO.

"China berinvestasi secara besar-besaran dalam senjata baru. Ia semakin dekat dengan kita, dari Kutub Utara hingga Afrika. China tidak berbagi nilai-nilai kami dan mencoba mengintimidasi negara lain," ujarnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar